KULON PROGO, KOMPAS.com - Keterbatasan jumlah truk tangki membuat Perusahaan Daerah Air Minum Kulon Progo kewalahan melayani ajuan bantuan air bersih yang bertambah beberapa waktu terakhir. Warga pun diminta bersabar karena mereka harus antre sesuai prioritas kerawanan bencana kekeringan yang disusun pemerintah daerah.
Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kulon Progo Isrok Ruruk Jatmiko mengatakan jumlah truk tangki yang dimiliki hanya lima. Empat truk dijalankan tiap hari dan satu truk dicadangkan. Satu truk tangki dengan kapasitas 5.000 liter hanya mampu mengangkut air maksimal tiga kali sehari. Jika dipaksakan, Isrok khawatir truk tangki akan mudah rusak.
Pekan ini saja satu truk terpaksa absen mengangkut air karena mengalami kerusakan mesin. Diduga kondisi mesin truk itu melemah karena kerap dipakai mengangkut air jarak jauh. "Padahal, jumlah ajuan bantuan air bersih yang kami terima mencapai puluhan, berasal dari berbagai kecamatan, seperti dari Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Nanggulan, Pengasih, dan Sentolo," demikian ujar Isrok, Senin (31/8), di Wates.
PDAM Kulon Progo sudah meminta bantuan dari pemerintah pusat dan kabupaten untuk menambah jumlah truk tangki. Namun, sampai sekarang permohonan itu belum juga direspons.
Isrok menyayangkan lambatnya respons ini karena sesungguhnya bantuan air yang diberikan PDAM adalah untuk mendukung program sosial pemerintah daerah. Menurutnya, PDAM hanya memfasilitasi bantuan, sehingga tidak berkewajiban penuh dalam mengoptimalkan fungsi dan jumlah sarana pendistribusi air.
Sementara untuk stok air bersih, Isrok mengatakan tidak ada masalah. Air bersih untuk wilayah Kulon Progo diambil dari Waduk Sermo. Menurut Isrok, cadangan air dari waduk masih cukup hingga akhir musim kemarau, sekitar Desember mendatang.
Tingginya jumlah permintaan air bersih terutama disebabkan musim kemarau kali ini bertepatan dengan bulan puasa. Tak hanya untuk kebutuhan konsumsi, mandi, dan cuci, air juga diperlukan untuk keperluan ibadah warga sehari-hari.
Sejumlah warga Dusun Kalipetir, Desa Margosari, Pengasih, yang menerima bantuan air bersih, Senin kemarin, mengakui bahwa semua sumur di dusun tersebut sudah mengering sejak pekan lalu. Untuk mendapatkan air, warga Kalipetir yang umumnya tinggal di perbukitan kapur itu harus berjalan lebih dari dua kilometer menuju Sungai Serang yang masih mengalir. Sekali angkut, mereka bisa membawa dua jeriken berkapasitas sekitar 20 liter.
"Kami sudah mengajukan bantuan air sejak pekan lalu, tetapi baru diberi sekarang. Sebenarnya bantuan air sudah sangat kami butuhkan, tetapi mungkin pemerintah harus mendahulukan daerah lain yang lebih parah kondisinya," tutur Wasono (41), warga.
Ketiadaan bak penampungan membuat warga terpaksa memasukkan air bantuan PDAM ke dalam sumur umum. Menurut Sumidiharjo (60), air di dalam sumur hanya bisa dimanfaatkan warga maksimal tiga hari. Setelah itu, warga harus membeli air secara swadaya atau patungan dengan harga Rp 125.000 per tangki. Yoga Putra
Post Date : 31 Agustus 2009
|