Krisis Air Meluas

Sumber:Media Indonesia - 12 September 2011
Kategori:Air Minum

KEMARAU berkepan jangan membuat sebagian wilayah Indonesia dilanda kekeringan. Krisis air pun tak terhindarkan. Ribuan hektare areal persawahan siap panen terancam puso atau gagal panen. Tak sedikit pula lahan pertanian yang telantar. Warga pun menjerit karena air bersih sulit didapat.

Seluas 2.033 hektare areal persawahan siap panen di sejumlah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terancam puso. Kekeringan di Tasikmalaya akibat pasokan air dari Sungai Citanduy menurun hingga volumenya di bawah 50%.

“Bagi kami, jangankan menanam tanaman padi, tanaman palawija pun sulit karena tidak ada air, sehingga tanah di lahan kami sudah mengeras,“ tutur Maman, 46, salah seorang petani setempat.

Akibat kekeringan, di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ratusan hektare sawah telantar, tidak bisa lagi ditanami, termasuk tanaman pengganti palawija.

Di samping areal pertanian, kekeringan di daerah itu juga ber dampak serius terhadap pe ternakan, sapi dan kerbau kesulitan pakan. “Sudah 4 bulan ini kering Pak, hujan hanya turun beberapa kali. Sekarang kita tidak tahu mau bagaimana,“ keluh Sirajuddin, anggota kelompok tani di Desa Tandung.

Meski kesulitan air sudah merupakan kejadian luar biasa, warga masih mengalami kendala birokrasi. Warga harus mengajukan surat permohonan air bersih ke kantor kecamatan, selanjutnya surat diproses di tingkat kabupaten. Itu pun belum tentu terlayani, karena pemda kekurangan armada tangki air.

“Pemkab hanya memiliki satu tangki air minum. Adapun war ga yang membutuhkan bantuan air minum jumlahnya mencapai ribuan,“ ungkap Kepala Seksi Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Bencana Pemkab Bojonegoro Sutardjo.

Di Kota Tegal, Jawa Tengah, ratusan warga Kelurahan Kalinyamat Kulon, terpaksa memanfaatkan air sumur yang keruh dan berbau untuk memasak dan kebutuhan lainnya, karena bantuan air bersih dari pemerin tah setempat hingga kini belum tiba.

Warga yang mampu dapat membeli air bersih dari sumur artesis milik warga setempat seharga Rp1.000 per jeriken berisi 20 liter. “Bagi warga lainnya yang tidak mampu membeli air bersih terpaksa mengonsumsi air sumur milik mereka yang berwarna kecokelatan dan berbau seperti air got,“ kata salah seorang tokoh masyarakat setempat, Asnawi.

Yang paling parah, kesulitan air di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DI Yogyakarta, sudah terjadi sejak Juni.

Celakanya, saluran air PAM yang terpasang sebelum 2000 kini tidak mengalirkan air. “Sudah 3 tahun belakangan air PAM tidak mengalir,“ terang Warno, warga Dusun Pulengelo. Padahal, dulunya pihak PAM berjanji akan rutin mengalirkan air.

Warga kini membeli air.Harga per tangkinya sekitar Rp80.000-an. Menurut Warno, harga per tangki bebeda-beda. Ada pula yang membeli air hingga Rp110 ribu per tangki (5.000 liter).

Enam waduk waspada

Terkait dengan kekeringan, dari 16 waduk utama di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi sebanyak 10 berada dalam kondisi normal dan enam waduk saat ini berada dalam kondisi waspada (lihat grafik).

Status waspada yang dimaksud adalah waduk masih cukup air dan belum kering. Namun, jika dalam dua pekan di awal Oktober tidak turun hujan juga, kondisi waduk bisa kering. Akan tetapi, Direktur Jenderal Sumber Daya Air PU Muhammad Amron mengatakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi dua pekan di awal Oktober akan terjadi hujan. ERIEZ M RIZAL



Post Date : 12 September 2011