MALANG -- Musim kemarau panjang memicu krisis air bersih serta air minum di dua kabupaten, yaitu Malang dan Blitar. Di Malang, sedikitnya sumur warga di Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, mulai mengering sejak dua pekan terakhir. Adapun di Blitar, karena sumur warga di lima desa di Kecamatan Wonotirto mengering, pemerintah terpaksa melakukan penjatahan air.
Di Malang, karena 300 sumur warga sudah mulai mengering, warga Desa Tegalgondo terpaksa menyerbu sumur warga lain yang masih mengeluarkan air. Mereka mengambil air secukupnya untuk kebutuhan memasak dan mandi. "Tetangga mengambil air di sumur saya," kata Lazuardi Firdaus, warga Tegalgondo, kemarin.
Kepala Desa Tegalgondo Djamil mengaku belum menyiapkan langkah untuk mengatasi masalah ini. Menurut Djamil, selama ini daerahnya tak pernah kesulitan air. Persediaan air sumur selama ini dikenal melimpah. "Hanya, airnya keruh kecokelatan," katanya.
Kondisi serupa sebenarnya juga terjadi di Desa Sumberrejo, Kecamatan Pagak. Sumber air sudah mulai mengecil, sehingga banyak dari mereka mengandalkan sumber mata air di daerah setempat untuk keperluan air minum. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Malang berupaya memasok air minum secara cuma-cuma.
Juru bicara PDAM Kabupaten Malang, Samsul Hadi, mengatakan sudah dua pekan ini PDAM memasok air bersih sebanyak tiga tangki dengan kapasitas tiap tangki sebesar 5.000 liter. Jatah itu diharapkan dapat mencukupi kebutuhan warga satu desa. "Bantuan diberikan atas permintaan aparat dan disetujui oleh Pak Camat," kata Hadi.
Setidaknya ada 113 desa yang belum terlayani air layak konsumsi. Data yang dilansir Dinas Cipta Karya Kabupaten Malang ini juga menyebutkan, warga di kawasan ini masih mengandalkan air sungai dan air hujan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Juru bicara pemerintah Malang, Kukuh Banendro, mengaku belum menerima data persis, berapa desa yang kesulitan air. Ia menyebutkan bahwa kondisi ini rutin terjadi tiap tahun. "Ini karena daerah di Malang Selatan berupa bukit berkapur dan daerah tangkapan air rusak," ujarnya.
Di Blitar, pemerintah setempat mulai pekan lalu melakukan dropping air untuk memenuhi kebutuhan ribuan kepala keluarga. Kawasan yang dikenal paling parah terkena kekeringan di antaranya Desa Banyu Urip, Tulungrejo, Besole, Sumberboto, dan Ngeni. Lima desa itu masuk wilayah Blitar Selatan, yang kerap dilanda kekeringan. "Kami sudah berupaya menggali semua tempat. Tapi sumber air sudah tidak ada," kata Sunardi, 41 tahun, warga Desa Banyu Urip.
Menurut Sunardi, kondisi ini sebenarnya terjadi di setiap musim kemarau. Kondisi geografis wilayah Blitar Selatan membuat masyarakat setempat dilanda krisis air tahunan. Mereka berharap pemerintah memberikan solusi dengan membangun proyek air bersih di tempat itu. "Kami tidak bisa begini terus, kasihan anak-anak," kata Sunardi.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Blitar Agus Pramono mengaku telah mengirimkan bantuan air bersih dari PDAM. Setiap hari perusahaan itu mendistribusikan lima truk dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter. Setiap tangki air, menurut Agus, menelan biaya sebesar Rp 270 ribu. "Kami sudah melakukannya sejak 4 September lalu," katanya.EKO WIDIANTO | HARI TRI WASONO
Post Date : 01 Oktober 2009
|