Krisis Air Landa Kab. Cirebon

Sumber:Pikiran Rakyat - 22 Agustus 208
Kategori:Air Minum

SUMBER, (PR).- Krisis air bersih melanda daerah perbukitan di sepanjang perbatasan Kab. Cirebon dan Kuningan. Lebih dari sebulan terakhir, ribuan warga sulit memperoleh air bersih. Hingga Kamis (21/8), warga masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan sumber air minum ataupun untuk keperluan MCK (mandi, cuci, kakus).

Di Kab. Cirebon, wilayah perbatasan yang mengalami krisis air bersih terparah meliputi Kec. Greged, Sedong, Susukan Lebak, Karangwareng, dan Waled. Di kawasan ini, warga harus menempuh jarak 5 km untuk memperoleh air dari sumber-sumber yang sangat terbatas.

Di Desa Kemarang, Kec. Greged, warga harus antre untuk memperoleh air dari mata air Ciseureuh. Mereka datang dari berbagai desa sekitar dengan menempuh perjalanan jauh.

Sumur-sumur gali yang ada, meski kedalamannya mencapai 25 sampai 30 meter, airnya sangat sedikit. Bahkan, sebagian besar sudah mengering sehingga tidak bisa dimanfaatkan sama sekali.

"Kemarau sebelumnya sedikit-sedikit masih ada air, sekarang kering sekali," tutur Karpan (44), warga setempat. Kondisi tak jauh berbeda dialami warga Desa Karangwuni Kec. Sedong. Warga sampai harus menggali tanah Situ Pengasinan (Situ Sedong) yang sekarang ini telah kering kerontang.

Tidak mandi

Kondisi di Desa Seuseupan, Kec.Karangwareng jauh lebih parah. Ketiadaan air membuat warga desa yang sangat terpencil itu harus menghemat air dengan cara tidak mandi.

"Air yang ada untuk minum dan masak. Mandi tiga hari sekali, atau saat pergi ke kota, mandi di WC umum," tutur Mintarsi (33), warga setempat.

Tokoh masyarakat wilayah timur Cirebon, Raden Bana menuturkan, kemarau membuat warga resah. Selain faktor alam, kondisi di wilayah timur diperparah tiadanya penyediaan fasilitas air bersih.

"Perhatian dari pemerintah sangat minim untuk masyarakat timur, khususnya bagian selatan yang berbatasan dengan Kuningan. Padahal, saya sudah sering minta perhatian kepada pemerintah," tutur Bana yang juga anggota DPRD setempat.

Kekeringan di wilayah timur memang sudah parah. Bahkan dua sumber air utama sudah kering. Situ Sedong sudah kering kerontang, sedangkan Situ Patok di Kec. Mundu mendekati titik kritis, volume tinggal 5 juta meter kubik (m3) dari volume normal 15 juta m3.

Cukong air

Sementara di Majalengka, krisis air terjadi karena ulah cukong air. Beberapa petani bawang merah di Kecamatan Kertajati mengeluhkan adanya cukong air yang menarik pungutan air senilai Rp 1,7 juta selama musim tanam atau selama 2 bulanan. Sementara itu, tanaman bawang merah di setiap desa di Kecamatan Kertajati mencapai ratusan hektare.

Pungutan biaya tersebut diduga dilakukan oleh cukong-cukong air, yang menguasai setiap wilayah areal tanaman bawang merah. Menurut seorang petani bawang merah asal Kelurahan Munjul, Majalengka yang menolak menyebutkan namanya, pungutan tersebut ada yang dilakukan sebelum panen bawang, ada juga yang dilakukan setelah panen bawang, tergantung perjanjian.

Menurut dia, jika tidak memenuhi permintaan cukong tersebut, pasokan air ke areal tanam akan sangat terbatas atau bahkan tidak ada aliran air, karena cukong lebih mendahulukan mereka yang bersedia membayar sesuai dengan perjanjian.

"Jadi pembagian air ini tidak lagi dilakukan oleh pihak PSDA tetapi oleh cukong air. Kondisi itu terjadi setiap musim tanam bawang, dan besarnya pungutan setiap tahunnya mengalami kenaikan karena tahun lalu hanya senilai Rp 750.000,00 saja sekali musim tanam atau selama dua bulan, sedangkan sekarang naik hingga Rp 1,7 juta." ungkapnya.

Ditambahkan, air yang dialirkan ke areal tanaman bawang tersebut berasal dari Saluran Induk Kamun.

Hal senada dikemukakan petani bawang lainnya, Masta (40). Warga Tegal yang menanam bawang di Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati tersebut, harus membayar ke cukong air saat panen bawang.

Camat Kertajati Nunung Nursiwanjaya saat dimintai konfirmasi perihal adanya cukong air, mengaku mendapat keluhan dari petani. "Dua hari lalu saya mendapat keluhan dari seorang petani yang menyebutkan adanya cukong air yang memungut biaya hingga jutaan rupiah. Saya tengah berusaha menelusuri hal ini dan mengoordinasikannya dengan PSDA sebagai pengelola air," ungkapnya.

Sementara itu, Kapolsek Kertajati AKP Edi Budi Pramono meminta agar masyarakat yang merasa dirugikan oleh cukong air, segera melapor ke Mapolsek untuk dilakukan pengusutan. Mereka akan segera memanggil orang yang diindikasikan sebagai cukong air tersebut. (A-93/C-31)



Post Date : 22 Agustus 2008