Krisis Air Kian Parah

Sumber:Kompas - 14 Juli 2012
Kategori:Air Minum
Magelang, Kompas - Krisis air di sejumlah daerah pada musim kemarau ini semakin parah. Kondisi itu tidak hanya mengganggu suplai air bersih, tetapi juga menghancurkan sejumlah tanaman pertanian. Pendapatan petani bakal kian anjlok akibat produktivitas pertanian yang rendah.
 
Air di sumur-sumur warga di wilayah Kecamatan Benjeng, Cerme, dan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menyusut dan mulai asin. Warga pun mengandalkan sejumlah telaga untuk kebutuhan mencuci, mandi, dan menyiram tanaman jagung di sawah. Sebagian warga memanfaatkan air telaga untuk kebutuhan memasak dan minum setelah diendapkan terlebih dahulu agar jernih.
 
Solihin (48), warga Kalipadang, Kecamatan Benjeng, Jumat (13/7), menuturkan, air telaga menyusut sejak 1,5 bulan lalu. Jika tak ada hujan, air telaga akan makin menyusut. ”Kami khawatir air makin sulit saat Ramadhan hingga Lebaran nanti,” ujarnya.
 
Debit air di Bendung Plered, Kabupaten Magelang, telah menyusut 76 persen, dari 1.790 liter per detik menjadi 425 liter per detik. Menurut petugas jaga Bendung Plered, Tri Budiono, penurunan debit terjadi karena suplai air dari bagian hulu, yaitu Kali Elo, semakin mengecil. ”Nyaris tidak lagi turun hujan sehingga suplai air dari Kali Progo terus menyusut,” ujarnya, Jumat.
 
Penyusutan air juga terjadi pada saluran irigasi di beberapa lokasi di Jember, Jawa Timur. Agar sawah kebagian air meski sedikit, juru air akan mengalirkannya secara bergilir ke sawah petani.
 
Rudi Hartono, juru air dari dinas pengairan setempat, mengatakan, debit air Kali Ajung turun drastis. Debit air sungai yang mengairi 772 hektar di dua kecamatan tinggal 100 liter per detik.
 
Puluhan hektar tanaman tembakau di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, layu. Daun mengering karena di usia baru 10 hari, tanaman ini kekurangan air. Petani terancam gagal panen. ”Pasokan air yang biasanya kami peroleh dari Waduk Notopuro tak lagi mengalir,” ujar Kadiran, petani tembakau di Ngale, Kecamatan Pilangkenceng.
 
Luas tanaman tembakau di Madiun mencapai 5.000 hektar. Petani mulai menanam tanaman pada Juni-Juli. Setiap hektar menghabiskan biaya Rp 10 juta. (SIR/NIK/EGI/ACI)


Post Date : 14 Juli 2012