Krisis Air di Sumenep dan Magetan, Berjalan 5 Kilometer Untuk mendapatkan Air

Sumber:Surya Pos - 09 Juni 2008
Kategori:Air Minum

SUMENEP - SURYA -Sedikitnya 700 warga di enam kecamatan di wilayah Kabupaten Sumenep mengalami krisis air bersih. Warga terpaksa membeli air atau mencari air di desa lain sejauh lima kilometer. Wilayah yang kekeringan air antara lain Kecamatan Batu Putih, Dasuk, Ambunten, Batang-Batang, Seronggi, Kecamatan Pasongsongan, Arjasa dan Raas. Dua kecamatan terakhir berada di wilayah kepulauan.

“Mata air satu-satunya yang tidak pernah susut di sumber air Desa Aeng Baja Raja. Setiap hari tempat ini dipenuhi warga mengambil air dengan juriken,” ujar Salim, warga desa Langsar, Kecamatan Seronggi.

Yang paling parah kondisinya warga di Desa Juruan Laok dan Gedang-Gedang, Kecamatan Baru Putih. Selain harus bersusah payah mengangkut air sejauh lima kilometer. Warga juga terpaksa menggunakan tampungan air hujan tiga bulan lalu yang bau dan berwarna hijau.

“Setiap musim kemarau warga terbiasa mandi dan mencuci pakai air penampungan air hujan,” ujar Etto, warga setempat.

Atas permasalahan itu, Pemkab Sumenep melalui PDAM Sumenep memprioritaskan suplai air bersih di wilayah daratan. Sedangkan untuk warga kepulauan, Pemkab juga menemui kendalah transportasi.

Terancam Puso

Krisis air juga dialami warga Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Pasalnya sumur mereka yang rata-rata sedalam 45 meter tak lagi berair. Sialnya air bersih yang didistribusikan melalui pipa-pipa kecil menuju rumah warga mengalami kemacetan dua hari terakhir.

Akhirnya untuk mendapatkan satu juriken air bersih warga menuju sumber yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh dua kilometer. Itu pun harus bersabar karena antre berjam-jam lamanya. "Kalau tidak antri seperti ini, kami mau masak menggunakan air bersih yang mana. Wong semuanya sudah macet,” keluh Ny Jaitun, 46, warga Dusun Sruwuh, Desa Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.

Selain untuk kebutuhan pangan, petani mulai resah lantaran puluhan hektar lahan sawah dikhawatirkan puso. Untuk memperkecil kerugian, terpaksa petani memanen lebih awal.

"Kalau tidak dipanen, justru kami tak mendapatkan apa-apa dari masa tanam kali ini," tutur Suminem, warga Desa Pendem, Kecamatan Ngariboyo. st2/st14



Post Date : 09 Juni 2008