Krisis Air di Kupang semakin Parah

Sumber:Media Indonesia - 30 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
KUPANG (Media): Krisis air akibat kemarau di Kupang, Nusa Tenggara Timur, mulai awal pekan ini makin parah setelah debit mata air utama di daerah itu terus menurun.

Mata air Oepura yang merupakan sumber air utama bagi sekitar 2.000 warga Kota Kupang terus berkurang. Kemarin, debit air Oepura tercatat empat liter per detik atau turun satu liter per detik dari posisi pada Juli 2007. Pada kondisi normal, debit air Oepura mencapai 75 liter per detik.

"Akibatnya, air lewat saluran tidak lagi mengalir ke areal persawahan. Kami juga harus berhemat karena debit air terus turun," ujar Maria, 30, warga Kelurahan Oepura, kemarin.

Berdasarkan pemantauan Media Indonesia, kemarin, dari tiga saluran di mata air Oepura, satu di antaranya telah mengering. Padahal, saluran itu berfungsi mengaliri air ke sekitar 50 hektare areal persawahan yang berjarak sekitar satu kilometer dari mata air.

Sedangkan, dua saluran lainnya masih mengalir. Namun, air hanya mampu mengalir sejauh 200 meter. Warga kemudian menggali lubang ukuran kecil dekat saluran untuk menampung air tersebut. Air itu hanya dimanfaatkan untuk mandi dan cuci. "Kalau untuk minum, kami mengambil langsung ke mata airnya," tuturnya.

Maria menambahkan, mata air Oepura merupakan sumber utama, karena sumur-sumur warga telah mengering. "Jika debit air Oepura terus turun, kami terpaksa mengambil ke Desa Tarus di Kabupaten Kupang yang berjarak 13 kilometer," jelasnya.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kupang sejak satu pekan terakhir terus memperbaiki pipa saluran air milik PDAM yang dibocorkan warga karena krisis air. Penjebolan pipa terjadi sejak awal Agustus 2007 di 15 titik.

Kepala PDAM Kupang Masya Djou mengatakan, penjebolan pipa mengakibatkan air tidak mengalir ke permukiman warga.

Pada bagian lain, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengembangkan upaya pemenuhan kebutuhan air bersih dengan cara kelola mandiri. Bupati Gunungkidul Suharto mengatakan, dengan cara itu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menargetkan bisa bebas dari masalah krisis air bersih pada 2010.

Sementara itu, lahan pertanian di Cilacap, Jawa Tengah, seluas 3.650 hektare (ha) kekeringan. Dari luasan itu, 589 ha di antaranya nyaris puso.

Kepala Bidang Sarana Prasarana dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Peternakan Cilacap Sino Sutrisno mengatakan, akibat kekeringan itu banyak petani yang memanen dini tanaman padi mereka. (PO/AZ/LD/N-2)



Post Date : 30 Agustus 2007