|
KUPANG (Media): Krisis air bersih akibat kemarau panjang di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin parah. Hingga kemarin, kesulitan air bersih yang dihadapi sekitar 550.000 warga sejak Agustus lalu, belum ada tanda-tanda bakal teratasi. Krisis air bersih belum teratasi karena sumur milik warga mengering. Selain itu, sumber air Oepura, salah satu sumber air terbesar di Kota Kupang yang selama ini dimanfaatkan perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Kupang untuk menyuplai air bersih bagi warga mulai mengering. Menurut pantauan Media, kemarin, warga terlihat antre membawa jeriken ukuran 5 liter untuk mengambil air dari sebuah pipa kolam Oepura. Air dalam kolam tersebut juga berfungsi sebagai tempat mandi dan mencuci pakaian. Antrean serupa terjadi di beberapa bak penampung air milik PDAM seperti di Jalan Thamrin, Jalan WJ Lalamentik, Jalan Pemuda, Jalan Nangka, dan Jalan Robert Wolter Monginsidi. Bahkan, di Jalan Thamrin, warga antre hingga menjelang pukul 01.00 dini hari. "Air yang keluar dari keran di bak penampung sangat kecil sehingga kami harus antre selama berjam-jam," ujar Heny Mboeik, salah seorang warga. Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang juga belum bertindak maksimal untuk mengatasi krisis air bersih. Yang dilakukan pemkot memberikan penjelasan kepada media massa bahwa krisis air terjadi karena turunnya debit air di beberapa sumber air akibat musim kemarau. Selain itu, Direktur Teknik PDAM Kota Kupang Ali Narawi mengatakan, kelangkaan air bersih juga disebabkan rusaknya jaringan pipa air di berbagai tempat, sehingga suplai air kepada warga tersendat. PDAM, katanya, membutuhkan dana sebesar Rp20 miliar untuk memperbaiki seluruh jaringan pipa. Sementara itu dari Cirebon, Jawa Barat, dilaporkan, PDAM Kabupaten Cirebon sejak akhir pekan lalu mulai menjadwal pembagian air bagi pelanggannya. Hal itu disebabkan debit air PDAM semakin berkurang akibat dampak musim kemarau yang makin parah. Direktur PDAM Kabupaten Cirebon, Nasija Warnadi, kepada pers, Sabtu (2/10), mengatakan, penggiliran ini adalah jadwal rutin setiap memasuki musim kemarau. Dia menyadari akibat musim kemarau tahun ini yang cukup parah debit air PDAM semakin menyusut, sehingga tidak dapat melayani kebutuhan semua pelanggan. Karena pihaknya juga harus menyediakan jatah air PDAM secara umum untuk disuplai ke penduduk yang kesulitan mendapatkan air bersih. "Musim kemarau sekarang sepertinya lebih lama. Ini berdampak makin banyaknya daerah yang terkena sistem penggiliran air," kata Nasija. Menurut Nasija, para pelanggan yang mendapat giliran adalah yang tinggal di daerah yang jauh dari sumber air. Seperti pelanggan di Kecamatan Kapetakan, Arjawinangun, Gegesik, Beber, dan Sumber. Seluruh pelanggan PDAM tersebut sudah diberi tahu jika air yang ada di rumah mereka akan terkena jadwal giliran. Seluruh pelanggan mendapatkan pemberitahuan melalui surat dan keterangan para petugas di masing-masing cabang PDAM. Termasuk, pemberitahuan jadwal penggilirannya. Pihaknya belum dapat memastikan batas waktu penjadwalan giliran air PDAM ini. Nasija menjelaskan selama ini sumber air PDAM Kabupaten Cirebon sangat bergantung dari sumber air di kawasan Cikalahang. (PO/SR/N-1) Post Date : 04 Oktober 2004 |