Krisis Air di Jawa Akan Semakin Parah

Sumber:Kompas - 21 Juli 2010
Kategori:Air Minum

JAKARTA, KOMPAS.com — Krisis air di Pulau Jawa akan semakin parah pada 2025 karena terus menurunnya neraca air pada musim kemarau dan tingginya jumlah penduduk.

"Indeks Penggunaan Air (IPA) di Jawa dan Bali antara penggunaan dengan dependable flow semakin meningkat. Kekeringan yang terjadi di beberapa tempat di Pulau Jawa sekarang menyebabkan tempat tersebut cenderung tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air sendiri," kata Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Rabu (21/7/2010).

Hal itu disampaikan Sutopo dalam seminar "Defisit Air di Depan Mata, Apa Upaya Kita".

Ketersediaan air di Indonesia masih mencukupi hingga 2020 untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan, irigasi, industri, dan lainnya.

Namun, secara per pulau, ketersediaan air tidak mencukupi seluruh kebutuhan khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Surplus air hanya terjadi pada musim hujan dengan durasi sekitar lima bulan, sedangkan pada musim kemarau terjadi defisit selama tujuh bulan.

Kebutuhan air secara nasional terkonsentrasi pada Pulau Jawa dan Bali untuk penggunaan air minum, rumah tangga, perkotaan, dan lainnya.

Dari data neraca air pada 2003, total kebutuhan air di kedua pulau tersebut sebesar 83,4 miliar meter kubik pada musim kemarau hanya dapat dipenuhi sekitar 25,3 miliar kubik atau 66 persen.

Defisit ini diperkirakan semakin tinggi pada 2020 ketika jumlah penduduk dan aktivitas perekonomian meningkat secara signifikan.

Potensi sumber daya air di Indonesia diperkirakan sebesar 15.000 meter kubik per kapita per tahun, jauh lebih tinggi dari potensi rata-rata pasokan dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun.

Pada 1930, Pulau Jawa masih mampu memasok 4.700 meter kubik per kapita per tahun. Diperkirakan pada 2020 total potensinya tinggal 1.200 meter kubik per kapita per tahun, di mana hanya 35 persen yang layak secara ekonomis untuk dikelola.

Hal tersebut dipengaruhi jumlah penduduk Pulau Jawa yang berjumlah 140 juta jiwa, atau mencapai 59 persen dari seluruh penduduk Indonesia.

Perubahan iklim global juga memberikan dampak terhadap ketersediaan air. Di Pulau Jawa, curah hujan cenderung menurun pada musim kemarau, sedangkan di musim hujan secara spasial bervariasi.

Hujan pada musim kemarau mempunyai tren menurun bervariasi dari 1-9 mm per musim per tahun, sedangkan hujan pada musim hujan lebih bervariasi dengan tren menurun 1-50 mm per musim per tahun.



Post Date : 21 Juli 2010