Krisis Air di Jateng Meluas

Sumber:Suara Pembaruan - 15 Juli 2009
Kategori:Air Minum

[PURWOKERTO] Krisis air bersih yang melanda 91 desa di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah (Jateng), kini meluas ke daerah lain, seperti Kabupaten Temanggung, Purworejo, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. Selain itu, tiga bendungan di Kabupaten Brebes juga dilaporkan menyusut airnya.

Kepala Seksi Perlindungan Masyarakat (Linmas) Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Linmas Kabupaten Temanggung, Agus Sudaryono, Rabu (15/7) pagi di Temanggung mengatakan, Kecamatan Parakan telah mengirimkan permintaan pengedropan air untuk warga Dusun Ganjuran, Santren, Glapansari I dan Glapansari II, semuanya di Desa Glapansari. Jumlah seluruh jiwa di 4 dusun tersebut 2.689 orang dari 818 keluarga.

Permintaan air mereka bervariasi setiap hari, yakni untuk Dusun Ganjuran 24.600 liter, Dusun Santren 26.550 liter, serta Dusun Glapansari I dan II, masing-masing permintaannya adalah 45.600 liter dan 37.450 liter.

Permintaan serupa juga terjadi di Kabupaten Purworejo, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara. Terutama warga yang tinggal di daerah pegunungan. Selain sumber air dan sumur mulai mengering, sungai-sungai yang mengalir di daerah tersebut juga sudah menyusut airnya.

Volume air tiga bendungan irigasi yang memasok air untuk ribuan hektare sawah di Kabupaten Brebes bagian selatan menyusut drastis. Dinas Pengairan UPTD Pemali Hulu, dalam laporannya kepada Bupati Brebes Indra Kusuma menyebutkan, ketiga bendungan tersebut adalah Bendungan Congkar di Kecamatan Bumiayu, Bendungan Petahunan di Kecamatan Bantarkawung, dan Bendungan Kemaron di Kecamatan Paguyangan. Ketiga bendungan tersebut mengairi lebih dari 2.500 hektare areal persawahan.

Kepala Seksi Pengairan, Dinas Pengairan Energi dan Sumberdaya Mineral UPTD Pemali Hulu, Mohamad Tasali mengatakan, penyusutan debit mulai terjadi sejak awal Juli lalu. Debit air Bendungan Congkar pada akhir Juni lalu masih mencapai 2.343 liter per detik, pada Selasa kemarin menyusut menjadi 1.552 liter per detik. Bendungan Petahunan dari debit air semula 3.604 liter per detik menjadi 3.000 liter per detik. Sedangkan di Bendungan Kemaron, debit air saat ini 329 liter per detik dari semula 365 liter per detik.

"Penyusutan debit air irigasi mencapai 25 persen hingga 50 persen," kata Tasali. Penurunan debit air mungkin masih akan terus terjadi sampai puncaknya pada Agustus atau September mendatang. Akibat kondisi tersebut, areal persawahan di wilayah Brebes rawan kekurangan air.

Lebih Panjang

Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami musim kemarau lebih panjang. Hal itu merupakan salah satu dampak dari fenomena El Nino yang terjadi secara global. Untuk menghadapi kondisi tersebut, masyarakat sebaiknya melakukan penghematan air dan juga pola tanam.

Tren aktivitas pembentukan awan sampai dengan bulan Juli di atas Indonesia terbilang rendah. Meski demikian, tidak semua wilayah akan merasakan kemarau dalam jangka waktu yang panjang. Ada yang kering sekali, ada yang tidak, katanya.

Dia memberi contoh wilayah-wilayah di timur Indonesia yang bakal terkena dampak kuat fenomena itu seperti Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, wilayah selatan Papua dan Maluku serta Sulawesi Selatan, pantai utara Jawa, dan Lampung. Wilayah Jawa Barat tidak akan terkena dampak kuat. Sebagian Kalimantan dan Sulawesi juga akan mengalami kekeringan relatif panjang. [WMO/153/148/141]



Post Date : 15 Juli 2009