CILACAP- Krisis air bersih telah melanda sebagian wilayah di Kabupaten Cilacap, bahkan terus meluas. Fenomena tahunan tersebut diperkirakan akan mencapai puncaknya Agustus mendatang.
Camat Patimuan, Suharyanto, kemarin, mengatakan setiap kemarau selalu terjadi krisis air bersih. Namun, tahun ini diakui meluas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. ’’Tahun lalu hanya lima desa, sekarang sudah enam desa krisis air bersih,’’ katanya.
Musim kemarau yang terjadi sejak pertengahan Mei lalu mengakibatkan sumur sebagai sumber air bagi warga mengering. Pertengahan Juni, Kecamatan Patimuan telah mengajukan permintaan bantuan air bersih kepada Pemkab Cilacap.
108.000 Liter
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah menggelontorkan 27 tangki air atau setara 108.000 liter untuk warga di enam desa di Patimuan.
Dijelaskan, wilayahnya memang sangat minim sumber air, sehingga setiap kemarau hampir dipastikan selalu terjadi kekeringan. Sungai Citanduy sebagai andalan warga untuk memenuhi sumber air pun debitnya terus menurun.
Instalasi pengolahan air bersih yang sudah dibangun di Desa Cimrutu tidak bisa difungsikan. ’’Bagaimana beroperasi air yang akan diolah juga tidak ada,’’ jelasnya.
Suharyanto mengakui, sampai saat ini jaringan pipa PDAM belum menjangkau wilayah-wilayah yang selama ini selalu mengalami krisis air bersih.
Karena itu, pihaknya berharap ke depan ada pemipaan ke wilayah ujung yang berbatasan dengan Jawa Barat sehingga ketika kemarau, pasokan air bisa mengandalkan dari PDAM. ’’Terutama untuk Desa Rawaapu dan Cimrutu yang paling rawan,’’ jelasnya.
Kekeringan juga mulai dialami warga Kecamatan Kawunganten. Di Desa Ujungmanik, sumur-sumur warga mulai mengering. Sementara, persediaan tandon air hujan juga sudah habis.
’’Bagi yang mampu masih bisa membeli air, tapi yang tidak mampu terpaksa harus ngangsu ke desa tetangga,’’ ujar Supardan, kades Ujungmanik.
Adapun sumber air di desa tetangga juga mulai mengering, sehingga pihaknya sudah mengajukan permohonan bantuan kepada Pemkab.
Pihaknya berharap, permintaan tersebut segera direspon sehingga warga mendapatkan pasokan air bersih. ’’Warga sudah mencoba menggali sumur pantek, tapi airnya asin dan tidak layak minum.’’
Supardan mengakui, saat ini jaringan pipa PDAM sudah masuk ke sebagian Desa Ujungmanik. Untuk menjangkau seluruh permukiman warga setidaknya masih dibutuhkan sekitar 5 kilometer pipa.
’’Sekarang sudah terpasang 2 kilometer, dan itu pun airnya belum mengalir karena baru selesai minggu lalu,’’ jelasnya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, memprediksi puncak musim kemarau di wilayah Cilacap dan Banyumas akan terjadi mulai Agustus.
Karena itu, dia mengimbau Pemkab untuk mewaspadai daerah-daerah yang selama ini sudah mengalami krisis air bersih. ’’Musim kemarau akan berlangsung hingga awal Oktober, tapi puncaknya terjadi Agustus,’’ jelasnya.
Diakui, musim kemarau tahun ini memang berbeda dengan tahun lalu. Kemarau tahun lalu sesekali masih turun hujan meski dengan intensitas rendah. Dengan demikian masih ada sedikit sumber air ke sumur-sumur warga. ’’Tahun ini sepertinya akan benar-benar kering,’’ papar Teguh. .(K36-17)
Post Date : 10 Juli 2012
|