GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com — Krisis air yang setiap tahun melanda beberapa kawasan wilayah krisis air bersih Kabupaten Gunung Kidul masih mengancam di tahun 2011. Megaproyek Bribin kerja sama RI-Jerman di Dusun Sindon, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, yang menelan dana Rp 65 miliar bersumber dari APBN dan APBD sejak 2004 silam, hingga kini belum ada tanda-tanda berhasil difungsikan.
Perbaikan kerusakan pompa mikrohidro megaproyek Bribin II di Dusun Sindon, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, melibatkan dua teknisi Karlrusche Institute of Technology (KIT) Jerman, Daniel Stoffel dan Dieter Gross.
"Pompa yang terletak di kedalaman 105 meter di bawah tanah ini mengalami kerusakan pada sejumlah komponen yang berakibat terjadi hubungan arus pendek (korsleting) akibat terendam air hujan," kata Dieter Gross, Kamis (24/3/2011) di lokasi pengeboran Bribin.
Gross menambahkan, saat ini tengah diupayakan pemasangan alarm, yang berfungsi untuk memberikan sinyal pada operator sehingga dengan cepat bisa melakukan tindakan menguras air jika pompa mikrohidro mulai terendam.
Pelaksanaan pekerjaan ini dinilai rumit. "Di Indonesia, waktu kami terbatas hanya tiga pekan dan setelah itu akan kembali lagi ke Jerman. Mudah-mudahan tidak sampai tiga pekan, perbaikan sudah selesai," katanya menambahkan.
Di lain pihak, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani Gunung Kidul tidak akan gegabah menerima hasil akhir megaproyek pengangkatan air sungai bawah tanah ini. "Kami belum bisa menerima proyek ini karena lima unit turbin belum bisa dioperasikan dengan optimal sesuai debit air yang ditargetkan," kata Direktur Teknik PDAM Tirta Handayani Gunung Kidul Supriyono Yahya.
Supriyono menambahkan, jika proyek tersebut sudah ada kepastian dapat dioperasikan dengan sempurna, PDAM segera berkoordinasi dengan Pemkab Gunung Kidul guna persiapan pengelolaan distribusi air di empat wilayah krisis air bersih di Gunung Kidul, yakni Kecamatan Rongkop, Girisubo, Semanu, dan sebagian Ponjong dan Karangmojo.
Post Date : 24 Maret 2011
|