CIAMIS– Sejumlah warga mendatangi Kantor Kecamatan Kalipucang, menyusul krisis air bersih berkepan jangan yang belum terpecahkan di Perkampungan Majingklak, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis.
Kedatangan warga untuk menemui petugas kecamatan sekaligus mendatangi pelaksana pekerjaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak).Pasalnya, pelaksanaan Rekompak yang bertugas mengalirkan air bersih di wilayah tersebut hingga saat ini masih belum berhasil dinikmati warga.
“Kedatangan kami, untuk meminta kejelasan kenapa sampai saat ini air bersih ke wilayah kami belum juga mengalir. Sedangkan, informasi dari para kuli, mereka sudah tidak bekerja karena anggaran Rekompak untuk mengalirkan air sudah habis,”ujar Supin,60, mewakili masyarakat Majingklak. Menurut Supin, berdasarkan informasi yang diterimanya, dengan dana senilai Rp250 juta, masyarakat Majingklak dijanjikan akan mendapatkan aliran air bersih.
Untuk itu semua warga menyetujuinya. “Kenyataannya dana sudah habis, tapi air bersih tetap tidak ada.Artinya,program itu hanya buang-buang uang saja,”beber Supin. Menanggapi keluhan warga, Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat Baktijaya Desa Pamotan selaku pelaksana Rekompak Tatang Sunendar menjelaskan, dengan diterimanya alokasi anggaran senilai Rp250 juta bukan berarti program tidak dijalankan atau diselewengkan.
“Semua perencanaan sudah berjalan sesuai dengan rencana,namun dalam finishing akhir kami mendapat masalah,”ucap Tatang. Tatang menjelaskan, penggunaan dana sebesar Rp250 juta sudah dibelanjakan untuk membeli mesin pompa air dan pipa paralon sepanjang 2.000 meter.
Padahal, pipa paralon yang harus terpasang dari sumber air bersih hingga dekat Kantor Desa Pamotan mendekati permukiman penduduk diperlukansepanjang6.000meter. “Karena tidak mencukupi, sisanya kami putuskan menggunakan paralon bekas. Setelah program selesai dan air mulai dialirkan, ternyata pipa paralon bekas yang digunakan kembali kondisinya sudah tidak layak. Saat air dialirkan terjadi kebocoran di manamana,” beber Tatang.
Mendapat penjelasan pelaksana Rekompak,protes warga malah semakin deras. Suasana di dalam kantor pun memanas, warga tidak terima dengan perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan pelaksana Rekompak yang terkesan membuang-buang air. Warga menuntut, sebelum Lebaran air bersih harus sudah mengalir ke perkampungan mereka.
Menanggapi konflik itu,Camat Kalipucang Kismaya bersama Kapolsek Kalipucang Ajun Komisaris Polisi Lubis mengatakan, untuk menghindari konflik berkepanjangan diputuskan antara warga dan pelaksana Rekompak, untuk sama-sama melakukan kajian lapangan menelusuri kondisi permasalahan kesulitan air di Majingklak.
“Jika persoalannya kondisi pipabekasyangbocor,kamidari pihakkecamatanjugaakanikut membantu mencarikan solusi, untuk meminta bantuan pihak lain,”tegas Kiswaya. Diberitakan SINDO, sebelumnya krisis air bersih melanda 160 kepala keluarga di Dusun Majingklak,Desa Pamotan,Kecamatan Kalipucang.
Untuk mendapatkan air bersih,warga terpaksa membeli ke kabupaten tetangga, dari Cilacap. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih seperti masak,mandi,cuci dan kakus terpaksa mengambil dari Pulau Nusakam bangan, Kabupaten Cilacap dengan cara menyeberangi lautan. Untuk mengambil air,warga mengeluarkan biaya Rp45.000 per perahu, atau membeli Rp3.000-4.000 per jerigen. ujang marmuksinudin
Post Date : 09 Agustus 2011
|