Krisis Air Bersih Mengancam

Sumber:Koran Sindo - 28 September 2012
Kategori:Air Minum
YOGYAKARTA– Masyarakat Kota Yogyakarta terancam mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau berkepanjangan. 
 
Sejumlah air sungai terus menyusut, bahkan permukaan air tanah di sumur-sumur warga turun hingga 75%. Kondisi itu akan semakin parah bila sampai Oktober hujan belum juga turun.“Air tanah mengalami penurunan hingga 75%,misalnya sebelum kemarau kedalaman airnya 6 meter,sekarang tinggal 1,5 meter,” ungkap Kasubsi Pemulihan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta Pieter Lawasa kemarin. 
 
Ancaman krisis air bersih ini juga disebabkan adanya pencemaran air dari limbah pabrik atau perusahaan di Yogyakarta. Air limbah tersebut tidak hanya mencemari sungai, tapi juga air tanah atau sumur milik warga.Terutama di pemukiman yang padat penduduk. Biasanya jarak sumur dengan tempat air limbah tidak sesuai ketentuan, yakni 10–15 meter.“Air sungai yang sudah tercemar juga memengaruhi kualitas air sumur atau tanah milik warga. Jika resapan air sungai sampai di air sumur atau tanah, airnya juga terkontaminasi pencemaran,” papar Kasubsi Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup BLH Yogyakarta Critiana Endang. 
 
Pencemaran tersebut menyebabkan kualitas air sumur tidak layak konsumsi. Air tersebut hanya dapat digunakan untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK). Jika dikonsumsi sangat membahayakan kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga menggunakan air mineral. “Sebenarnya warga masih dapat menggunakan air tanah asalkan air tersebut terlebih dahulu disehatkan. Sebelum dikonsumsi air terlebih dulu harus dimasak sampai mendidih hingga dua menit,” papar Cristiana, yang akrab disapa Iin ini. 
 
Cristiana menjelaskan,berdasarkan penelitian kualitas air sungai di Yogyakarta, saat ini kondisi oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO),dan kebutuhan oksigen biologi atau biological oxygen demand (BOD) berada di ambang batas mutu.DO dan BOD ini menjadi indikator untuk menentukan kualitas perairan. “Untuk DO dan BOD ratarata hanya 3 mg per liter sedangkan kebutuhan antara 6–8 mg per liter. Masalah ini hampir terjadi di semua sungai yang ada di Yogyakarta,” paparnya. 
 
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengakui adanya masalah krisis air tersebut. Sekarang menjadi permasalahan serius yang sedang dihadapi warga Kota Yogyakarta. Agar ancaman tersebut tidak terjadi, pemkot telah melakukan berbagai upaya.Terutama bagaimana menjaga dan meningkatkan sumber-sumber air tersebut.“ Masalah ketersediaan air bersih ini sedang menjadi perhatian kami,”ujar Haryadi. 
 
Upaya yang selama ini dilakukan, di antaranya membuat biopori yang diharapkan dapat menjadi wadah air saat musim hujan, sehingga saat kemarau bisa dimanfaatkan. Selain itu, juga melakukan program penanaman pohon. priyo setyawan


Post Date : 28 September 2012