Krisis Air Bersih Meluas

Sumber:Koran Sindo - 07 Agustus 2008
Kategori:Air Minum

BLORA (SINDO) – Wilayah krisis air bersih di Blora bertambah.Data per pekan pertama Agustus ini menunjukkan jumlah wilayah krisis air bersih mencapai 141 desa/kelurahan yang sebelumnya hanya 138.

Bakorlin I Pati pun turun tangan untuk membantu memenuhi kebutuhan air warga karena wilayah yang mengalami kesulitan air bersih meluas. Dropping air ini akan digelar dua tahap pada pekan ini dan tahap kedua pada 18-23 Agustus. Dari 16 kecamatan di Blora, hanya Kecamatan Sambong yang bebas kekeringan hingga kemarin.

Kecamatan lainnya,Kecamatan Jati sebanyak 8 desa, Randublatung 7 desa,Kedungtuban 4 desa, dan Cepu 5 desa, dilanda kekeringan. Selain itu, Kecamatan Jiken 4 desa, Jepon 11 desa, Bogorejo 9 desa.Kemudian, Kecamatan Blora 11 desa, Banjarejo 15 desa,Tunjungan 14 desa, Japah 7 desa, Ngawen 23 desa, Kunduran 14 desa,Todanan 3 desa,dan Kradenan 5 desa.

”Pekan ini akan diturunkan sekitar 168 dari 336 tangki. Sisanya akan didistribusikan pekan ketiga,” ujar Kepala Bagian Sosial Setda Blora Eddy Pujianto melalui Kasubbag Kesejahteraan Dasiran kemarin. Dia menerangkan,ada tujuh truk tangki dari Bakorlin yang sudah beroperasi.Tiap truk berkapasitas 5.000 liter dan mengirim tiga kali sehari ke desa-desa yang rawan air bersih tersebut. Dengan begitu, sebanyak 21 tangkai yang dikucurkan Bakorlin tiap hari.

Sementara itu, ada enam truk tangki dari pemkab yang terus bergerak untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga tersebut. Ada tiga sumber air yang diambil untuk memasok kebutuhan air warga tersebut yakni sumber air di Sendang Putri di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan; sumber air di Dukuh Petak, Desa Sogo, Kecamatan Todanan; dan sumber air di Mantingan, Rembang.

Karena itu, truk tangki mengambil air dari sumber disesuaikan dengan lokasi yang akan didrop. Semakin meluasnya kekeringan ini, lanjut dia, bakal membuat pemkab kewalahan memenuhi permintaan air bersih itu. Karena itu, pemkab berharap ada pihak swasta yang ikut membantu memberi air bersih untuk warga.

Pihak ketiga ini hanya menyediakan air. ”Pemkab yang mencarikan lokasi dan sekaligus mengantar mereka ke sana,’’ jelasnya. Daman, seorang warga Botoreco, Kecamatan Kunduran, berharap pemkab memprioritaskan desa-desa yang ada di kecamatannya sebagai penerima bantuan air bersih ini. Tiap musim kemarau desanya selalu dilanda krisis air bersih.

Sejak sebulan lalu, tegas dia, air sumur dan sungai yang ada di sekitarnya semua mengering. Karena itu, warga di sana harus mencari sumber air di tempat lain yang jaraknya sekitar 1,5-2 kilometer. ”Karena sulit air, warga bahkan sampai mencari air ke desa sebelah yang jaraknya lumayan jauh.

Kasihan kalau warga mesti menjalani keadaan seperti ini dalam waktu yang lama,” ungkap Daman yang juga mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Muhammad Cepu Kampus Kunduran ini. (muhammad oliez)



Post Date : 07 Agustus 2008