Krisis Air Bersih Makin Parah

Sumber:Suara Merdeka - 25 Agustus 2009
Kategori:Air Minum

BOYOLALI- Krisis air bersih di tiga kecamatan, Juwangi, Kemusu dan Wonosegoro semakin parah. Upaya pengedropan air terkendala medan yang sangat berat sehingga bantuan pun tak bisa optimal.

Menurut Kasubag Sosial dan Agama Bidang Kesra Setda Boyolali, Mutaqin, dari tujuh kecamatan yang mengajukan permohonan bantuan air bersih, tiga kecamatan tersebut kondisinya paling parah.

Di wilayah Kecamatan Juwangi, sumber air yang bisa digunakan debitnya semakin mengecil. Disisi lain, bantuan tidak bisa optimal karena jalan terjal.

’’Semula bantuan disiapkan dua tangki/ desa. Namun untuk Juwangi, karena medan yang sangat berat, maka bantuan hanya satu tangki/ desa. Itu pun, satu mobil tangki yang dikirim ke sana sempat patah pernya,’’ ujarnya.

Di kecamatan paling utara tersebut terdapat enam desa yang mengalami krisis parah. Yakni Desa Krobokan, Sambeng, Ngaren, Pilangrejo, Kayen dan Kalimati. Keenam desa tersebut sudah dibantu air bersih oleh Pemkab Boyolali.

Hanya saja, bantuan tersebut diakui masih kurang karena kondisinya sangat parah. Pihaknya mencoba melakukan pemerataan bantuan.

’’Tercatat sebanyak 26.913 KK dari 45 desa di tujuh kecamatan di Boyolali mengalami krisis air bersih.’’

Di Desa Kendel Kecamatan Kemusu maupun Desa Ringinlarik Kecamatan Musuk, warga terpaksa membeli air tangki seharga Rp 70 ribu- Rp 110 ribu per tangki. Jika tidak, warga harus ngangsu ke sumber air  yang berjarak lebih dari setengah kilometer dari rumah mereka.

Sedangkan kondisi empat kecamatan lainnya, yakni Karanggede, Mojosongo, Musuk, dan Boyolali Kota tidak begitu parah. Senada, Kabag Kesra, Taqrir Tri Wibowo membenarkan kondisi tiga kecamatan yang mengalami krisis air bersih parah. Untuk mengurangi beban masyarakat, pihaknya terus melakukan pengedropan air ke daerah-daerah yang mengalami krisis.

Bantuan air dilakukan melalui kerjasama pemkab melalui PDAM dan Bakorwil II Surakarta. ’’Sudah ada 27 desa yang kami bantu air bersih dan terus berlanjut hingga sekarang.’’

Selain berdasarkan permohonan dari desa, bantuan air bersih juga dilakukan berdasarkan monitoring daerah yang masuk peta rawan kekeringan. ’’Alokasi anggaran untuk kekeringan serta bencana lainnya tahun ini mencapai Rp 150 juta. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 60 juta telah terserap, khususnya untuk bantuan air bersih.’’ (G10-64)



Post Date : 25 Agustus 2009