Krisis Air Bersih Landa Warga Perkotaan

Sumber:Suara Merdeka - 27 September 2011
Kategori:Air Minum

KEBUMEN - Memasuki penghujung September, krisis air bersih di Kabupaten Kebumen makin meluas. Tidak hanya menimpa warga pegunungan, kekurangan air bersih juga dialami sebagian warga di perkotaan.

Sebagian warga di Dusun Tanuraksan, Desa Gemeksekti, Kecamatan Kota, Kebumen  misalnya, mulai kesulitan air bersih setelah sumur mereka tidak lagi mengeluarkan air.

Menurut Paryatun (36), Warga Tanuraksan, air sumur miliknya sejak Ramadan airnya sudah menyusut. Kini 10 hari terakhir, sumurnya kering kerontang. "Sumur milik tetangga juga banyak yang kering," ujar Paryatun kepada Suara Merdeka, kemarin.

Akibat kesulitan mencari air bersih, sebagian warga terpaksa menjadikan Sungai Luk Ulo sebagai pilihan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dari pantauan Suara Merdeka, setiap pagi maupun sore hari salah satu sungai terbesar di Kebumen itu tampak ramai oleh warga yang mandi maupun mencuci pakaian. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut mandi di sungai yang airnya tampak keruh tersebut.

Kondisi tersebut, memang cukup ironis. Bagaimana tidak, warga mandi di sungai yang membelah Kota Kebumen tidak jauh dari intake milik PDAM Bumi Tirta Sentosa  Kebumen. Karena tidak memiliki sambungan air bersih dari PDAM, mereka pun terpaksa menggunakan air sungai tanpa pengolahan.

"Untuk jadi pelanggan PDAM berat biaya pemasangannya maupun bulanannya," katanya.

Harus Antre

Untuk mencari air bersih, Paryatun mengaku harus antre cukup lama. Maklum satu sumur biasa digunakan oleh puluhan keluarga. Lebih dari itu, sumur yang masih ada airnya dalam dan sulih ditimba. "Makanya untuk mencuci pakaian maupun mandi sebagian ke sungai. Air sumur hanya untuk masak dan air minum saja," imbuhnya.

Sejumlah warga mengatakan, sudah sejak dulu Sungai Lu Ulo menjadi  harapan warga saat musim kemarau. Namun dahulu, warga membuat belik di pinggir sungai dengan mengeruk pasir. Dengan demikian air yang diambil bersih.

"Sekarang pasirnya sudah habis dan tinggal batu padas. Jadi warga langsung memanfatkan secara langsung air sungai yang keruh," ujar Sumarto (72) warga yang tinggal di pinggir sungai. (J19-45,29)



Post Date : 27 September 2011