|
KEBUMEN - Memasuki pertengahan Agustus, krisis air bersih di wilayah Kaupaten Kebumen semakin meluas. Dari data Dinas Kesatuan Kebangsaan Perlindungan Masyarakat dan Sosial (Kesbanglinmassos) diketahui, daerah rawan yang mengalami kekurangan air bersih bertambah menjadi 83 desa di 15 kecamatan. Sebelumnya terdapat sebanyak 71 desa di 12 kecamatan yang dilanda krisis air bersih. Berarti terdapat 12 desa di tiga kecamatan lagi yang mengalami kekurangan air bersih. Wilayah rawan kekeringan itu antara lain satu desa di Kecamatan Kutowonangun, satu desa di Kecamatan Prembun, dan sembilan desa di Kecamatan Sempor. Adapun krisis air di Kecamatan Ayah bertambah satu desa, dari sebelumnya 12, menjadi 13 desa. Kepala Dinas Kesbanglinmassos Drs Djoko Waluyo MMPd pada evaluasi pengedropan air menyatakan, pada minggu kedua bulan Agustus pengedropan air dilakukan sebanyak 156 tangki. Setiap hari dilakukan sebanyak 25 tangki selama enam hari. Adapun sebanyak enam tangki air dijadikan cadangan untuk lokasi Latsitardanus dan perkemahan Pramuka di Kecamatan Pejagoan, serta masjid. Anggaran APBD Pada minggu ketiga bulan Agustus hingga November direncanakan setiap hari akan dilakukan pengedropan air sebanyak 30 tangki. Pelaksanaannya dilakukan selama tujuh hari pada setiap minggunya sampai akhir November. "Selama 15 Minggu, pengedropan air bersih dilakukan sebanyak 3150 tangki, untuk cadangan sebanyak 430 tangki dengan rincian setiap hari empat tangki selama 15 minggu," katanya. Untuk pengedropan air bersih itu, ujar Djoko, dianggarkan Rp 333 juta pada APBD Perubahan 2007. Saat ini dana tersebut telah digunakan untuk pengedropan air bersih pada minggu pertama bulan Agustus sebanyak Rp 10.516.500 untuk 123 tangki dan minggu kedua Agustus sebesar Rp 13.338.000. Dari kalkulasi yang dilakukan, untuk pengedropan air mulai minggu ketiga sampai November akan menghabiskan dana Rp 269.325.000. Satu tangki air dianggarkan Rp 85.500. Belum adanya bak penampungan menjadi kendala tersendiri dalam mempercepat pengedropan air di setiap lokasi daerah rawan kekeringan. Selain itu, masih terdapat daerah rawan kekeringan yang tidak dapat dijangkau mobil tangki. "Dengan demikian, perlu adanya bak penampungan di setiap lokasi pengedropan air bersih. Adapun untuk daerah yang sulit dijangkau tangki perlu ada penampungan di daerah yang paling dekat," katanya. (J19-24) Post Date : 18 Agustus 2007 |