Krisis Air Bersih di Jateng Meluas

Sumber:Pikiran Rakyat - 07 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
KRISIS air bersih yang menimpa warga Jateng selatan meluas. Di Kab. Kebumen telah melanda 71 desa tersebar di 12 kecamatan. Dampak kemarau ini telah mengancam sedikitnya 61.409 jiwa penduduk. Sedangkan di Kab. Banyumas dan Cilacap, sumur warga tak dapat dikonsumsi airnya akibat terintrusi air laut.

Kepala Bidang Humas Pemkab Kebumen Adi Nugroho mengatakan, sampai awal Agustus, desa yang sudah meminta bantuan air bersih terus bertambah. "Kondisi kekeringan hampir merata di tiap desa," kata Adi, Kamis (2/8). Krisis air bersih mulai terjadi sejak sumur milik warga mengering, umumnya berada di sekitar pegunungan bagian utara dan selatan Kebumen.

Untuk menanggulanginya, menurut Adi Nugroho, Pemkab Kebumen telah menyusun data kawasan yang tiap tahunnya selalu terancam kekeringan. Dari hasil pendataan, baru 71 desa dari 12 kecamatan yang telah kekeringan. "Biasanya, bencana itu selalu melanda di 15 kecamatan di Kebumen," katanya.

Pemkab Kebumen telah mengalokasikan dana Rp 150 juta dan akan ditambah Rp 10 juta dari pos dana bencana alam, setelah melalui peru-bahan anggaran pendapatan dan belanja daerah 2007. Di Kab. Banyumas dilaporkan, kamarau menyebabkan sumur milik warga di Kec. Tambak dan Sumpiuh sudah tidak bisa lagi dikonsumsi, akibat terintrusi air laut.

Air asin itu berasal dari laut di Samudra Hindia, tak hanya mengintrusi sumur milik warga dua kecamatan, tetapi juga ke sejumlah sungai. Misalnya Sungai Ijo, Sungai Gatel, dan termasuk Sungai Serayu. Akibatnya, sumur milik warga berubah warna menjadi kecokelatan serta rasanya asin.

Warga di Dusun Kalisetra, Desa Plangkapan, Kec. Tambak, Masngud (50) menuturkan, sudah sepekan ini warga tidak lagi memanfaatkan air sumur, karena air sumur berwarna kecokelatan. Ini terjadi karena sejumlah sungai seperti Gatel dan Ijo justru dimasuki air dari laut.

Tak bisa dikonsumsi

Warga lainnya, Suratin (40) mengaku, karena sumur sudah tidak bisa dikonsumsi, ia harus mencari sumber mata air yang belum tercemar, meski jaraknya sekitar 1,5 km. "Kalau untuk mandi, masih memakai air sumur, itu pun harus didiamkan semalam agar kotoran tidak menempel di baju," ujarnya.

Menurut Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kec. Tambak Setiyono, pihaknya telah mengusulkan permintaan air bersih untuk warga di Dusun Kalisetra, Desa Plangkapan. "Ada 185 kepala keluarga (KK) yang memerlukan air bersih," kata Setiyono.

Kekurangan air bersih pun landa ratusan jiwa warga Kampunglaut, Kab. Cilacap. Krisis air bersih di kawasan yang terpisah dari daratan Cilacap itu, sudah terjadi dua pekan ini. "Air minum kita ambil dari sumber mata air di Nusakambangan, tapi harus antre karena yang membutuhkan juga banyak," aku Diono (45), penduduk Klaces.

Menurut Diono, warga yang mengambil air tidak hanya dari Desa Klaces, tetapi juga Ujungalang dan Ujunggagak. Sore hari antrean pengambilan air cukup panjang. Antrean itu terjadi selain karena yang mengambil air cukup banyak, juga jumlah mata air yang masih mengalir terus menyusut.

Hadi (37), warga Ujungalang menuturkan, sebelum ada pembalakan hutan jumlah mata air banyak. Tetapi, sejak ada penebangan liar turun. Perjalanan mencari air membutuhkan waktu sekitar 1,30 jam, air dari Nusakambangan hanya untuk masak dan minum dan untuk mandi dan cuci menggunakan air laut. (Eviyanti/"PR")



Post Date : 07 Agustus 2007