Krisis Air Bersih di Banten Semakin Parah

Sumber:Suara Pembaruan - 14 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
[PANDEGLANG] Krisis air bersih yang dialami sebagian warga Banten kini semakin parah akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Ribuan warga di empat kecamatan di Kabupaten Pandeglang, Banten, mengalami kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, masak, dan mencuci. Warga terpaksa menunggu air bersih yang disuplai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Kecamatan yang mengalami krisis air bersih itu, yakni Panimbang, Angsana, Sumur, dan Pagelaran, di Kabupaten Pandeglang. Ribuan warga di sana membeli air dari PDAM, karena pihak PDAM meminta ganti ongkos kirim.

Sedangkan, warga yang lokasinya tidak dijangkau PDAM, terpaksa mengonsumsi air sumur yang dibeli dari tukang ojek.

Suhada (37), warga Kecamatan Pagelaran di Pandeglang, Senin (13/8), mengungkapkan, semua sumber air di Kecamatan Pagelaran, mulai mengering. Air sumur yang sering digunakan warga selama ini, sudah mulai mengering. Bahkan, air sungai yang menjadi andalan masyarakat pun mulai mengering.

"Memang ada sungai yang airnya masih banyak, tapi kualitasnya tidak ba-gus dan tidak layak konsumsi. Selain warnanya keruh, air sungai itu juga bau," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Subhi (35), warga Desa Pamatang, Kecamatan Panimbang, debit air sumur di wilayahnya juga sudah mulai menurun drastis. Warga harus antre menimba air sumur, karena harus menunggu airnya penuh.

Jika sampai akhir Agustus 2007 hujan belum juga turun, dipastikan semua sumur akan mengering. Sumur yang cukup dalam sekalipun saat ini kondisi airnya sudah menurun drastis.

Kesulitan air bersih juga dialami warga Kecamatan Angsana dan warga Kecamatan Sumur. Ebhi, warga Kecamatan Angsana, mengaku persediaan air bersih di daerahnya mulai berkurang. "Jangankan untuk mandi dan mencuci, untuk minum dan memasak saja sudah sulit," ungkapnya.

Menanggapi keluhan warga soal krisis air bersih, Wakil Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pandeglang, Sah Suherjadi mendesak Pemkab Pandeglang segera melakukan aksi nyata dengan memberikan bantuan air kepada warga.

"Dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum (DPU) bekerja sama dengan PDAM segera mengirim bantuan air bersih, jangan hanya melakukan investigasi atau pendataan. Kalau kondisi seperti ini dibiarkan bisa menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti penyakit dan juga ber- bagai persoalan lainnya," ujarnya.

Antre Air Bersih

Sementara itu, di wilayah Kabupaten Serang, khususnya di Kampung Pasir, Desa Talaga, Kecamatan Mancak, puluhan warga harus antre untuk memperoleh air bersih.

Hal ini terjadi karena lokasi mata air jauh dari permukiman warga. Selain itu, debit sumber air sangat terbatas sehingga warga harus antre mendapatkan air bersih.

"Sumber mata air di kampung kami terbatas dan harus berjalan sejauh satu kilometer. Itu pun masih antre karena warga yang mengambil air juga banyak," kata Sutinah, salah satu warga setempat.

Sutinah mengkhawatirkan, jika musim kemarau terus berkepanjangan, maka sumber mata air yang kini menjadi andalan satu-satunya akan mengering.

"Kalau semua sumber air mengering, kami terpaksa harus membeli air isi ulang. Itu pun harus dibeli dengan menggunakan jasa ojek yang ongkosnya mencapai Rp 10.000. Saat ini kami masih bersabar untuk mengambil air dengan jarak tempuh satu kilometer, kendati harus antre. Tapi kalau sudah tidak ada lagi sumber air, kami harus mengeluarkan biaya yang sangat besar hanya untuk kebutuhan air," ujarnya.

Ketua RT 03 Kampung Pasir, Roksi menuturkan, sumber air bersih seperti sumur memang tidak tersedia karena warga tidak mampu membiayai untuk menggali sumur atau sumur bor. Biaya untuk air sumur memang besar karena butuh pipa puluhan meter. Kalau musim kemarau juga sama saja, air dari sumur tidak keluar. [149]



Post Date : 14 Agustus 2007