Krisis Air Berlanjut di Kota Hujan

Sumber:Media Indonesia - 31 Agustus 2009
Kategori:Air Minum

Warga kawasan yang dikenal sebagai Kota Hujan itu harus menggunakan air comberan untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK) akibat kurangnya air bersih.

Seperti yang terpantau di Leuwiliang, Kabupaten Bogor bagian barat, kemarin. Tanpa memikirkan efek samping, dua bocah mencuci baju, perlengkapan masak, serta makan di got pinggir jalan raya.

Warga terpaksa menggunakan air di got di sisi Jalan Raya Leuwiliang walau kualitas airnya sangat buruk dan debit airnya yang sangat kecil. Air got itu hanya memiliki kedalaman sekitar 10 cm. Tumpukan sampah dan kotoran lainnya sudah terlihat bercampur dengan air.

Warga Desa Karehkel yang kekurangan sumber air pun terpaksa menggunakan air comberan itu.

"Sudah lama warga terpaksa menggunakan air seadanya yang kondisinya tidak layak. Meskipun ada sumber air bersih, belum bisa memenuhi kebutuhan semua warga desa," kata Kepala Desa Kharekel, Jendi Rain.

Muntaber Penggunaan air secara sembarangan membuat wabah muntaber datang dengan ganas. Sejumlah kecamatan di Kabupaten Bogor mencatat banyak warga mereka terserang diare. Kawasan rawan muntaber di barat Kabupaten Bogor adalah Kecamatan Rumpin, Parungpanjang, Cigudeg, Sukajaya, Ciampea, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Jasinga, dan Tenjo. Di bagian selatan terdapat Kecamatan Cisarua, Ciawi, Megamendung, Cigombong, Caringin, dan Cijeruk yang menjadi kawasan rawan muntaber.

Pada kurun waktu satu pekan, wabah muntaber telah merengut nyawa enam orang dari ratusan penderita. Korban tewas terakhir Susi r Rosita, 14, pelajar SMP, warga Kampung Babakanlapangan RT 02/01, Desa Rengasjajar, Cigudeg.

Adapun lima korban meninggal lainnya adalah Siti Asiah, 3, warga Kampung Coblong, RT 2/1, Desa Sukakarya, Megamendung, Tami, 14, warga Kampung Lebakwangi RT 03/02, Desa Rengasjajar, Cigudeg, Muhammad Fauzan Rahman, 1, warga Kampung Pasirmuncang, Desa Sukamanah, Megamendung, dan Susi, 23, warga Kampung Wangonjaya, Desa Pasirbuncir, Caringin. Menurut diagnosis dokter, para korban meninggal karena kehilangan banyak cairan.

Berdasarkan pantauan kemarin, penderita muntaber yang masih dirawat di ruang rawat inap di RS Paru Dr Goenawan, Cisarua, tinggal 16 orang, Cigombong 2 orang, Cigudeg 15 orang, dan Megamendung 9 orang. Di Kantor Telkom Cigudeg, tinggal 15 orang.

Untuk menangani kasus muntaber yang melanda di sejumlah daerah di Kabupaten Bogor, Departemen Kesehatan Republik Indonesia menurunkan tim khusus. Tim tersebut langsung dari Direktorat Surveilans Epidemilogi dan Kesehatan Matra, Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dan Direktorat Penyuluhan Lingkungan. Para petugas dari tim tersebut diterjunkan untuk membantu dan mencari tahu penyebab penyebaran wabah tersebut.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menduga penyebab merebaknya muntaber di wilayahnya yakni buruknya sanitasi dan kualitas air.

"Kami belum menerima hasil penelitian dari laboratorium kesehatan daerah terkait penyebaran bakteri E-coli di beberapa wilayah. Tapi penyebaran bakteri E-coli ini merupakan penyebab utama muntaber di Kabupaten Bogor," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tri Wahyu Harini. (Dede Susanti/J-2)



Post Date : 31 Agustus 2009