KLATEN - Lima kecamatan di lereng Gunung Merapi wilayah Klaten, yakni Kemalang, Manisrenggo, Karangnongko, Tulung, dan Jatinom terancam krisis air bersih yang lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal itu sebagai dampak erupsi Merapi yang merusak wilayah lereng. Menurut Kabag Kesra Suwardi SH, lima wilayah tersebut selama ini memang menjadi langganan krisis air bersih. Namun tahun ini diperkirakan kondisinya lebih parah setelah erupsi bulan November 2010 lalu. ''Selain wilayah hutan tangkapan air rusak, suplai sumber air Bebeng, Sleman juga macet,'' jelasnya, akhir pekan lalu.
Dijelaskan, di wilayah lereng ada sekitar 80.000 warga yang menjadi langganan krisis air. Saat memasuki tri wulan pertama kemarau, kekurangan air baru akan dirasakan.
Pada tahun lalu krisis bisa diatasi, sebab hutan tak rusak dan sumber dari Bebeng masih lancar. Namun dengan erupsi tahun 2010 lalu, dampak bagi ketersediaan air sangat besar.
Bergantung ke umbul Bebeng warga sudah tak bisa, karena sumber air di Kabupaten Sleman itu sudah mati tertimbun lahar. Selama ini, ada tiga desa yang memanfaatkan sumber air Bebeng, yakni Desa Sidorejo, Balerante, dan Panggang.
Namun dengan hancurnya pipa dan tertimbunnya sumber air, kebutuhan air akan melonjak. Sebagai antisipasi, Pemkab menyiapkan anggaran APBD Rp 100 juta. Apabila tidak mencukupi, Pemkab berkoordinasi dengan Bakorwil, PMI, ormas atau BUMD yang bersedia membantu. Untuk itu, meski saat ini krisis air belum terasa, warga dimbau berhemat. Air bersih dari bak penampungan diminta dihemat.
Sumur Dalam
Untuk kebutuhan minum ternak, lanjut Suwardi, warga diminta mempertimbangkan ketersediaan air. Pemkab mengaku sudah siap. Anggaran sudah siap digunakan dan lima unit mobil droping air sudah dicek kondisinya untuk mengirim air.
Kades Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Suroso mengatakan, air bersih dari Bebeng mati sejak erupsi. Air sudah tidak sampai ke desa, sebab titik asal tertimbun lahar dingin. ''Praktis kami hanya mengandalkan tandon air selama hujan,'' jelasnya.
Saat memasuki kemarau, warga belum mengatahui bagaimana. Apalagi warga saat ini tengah mencoba bangkit pascaerupsi. Warga berharap, selain droping, Pemkab diminta merealisasikan pembuatan sumur dalam di Desa Sidorejo dan Balerante.
Rencana pembuatan sumur dalam, menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Bambang Sigit Sinugroho, sudah dianggarkan Rp 2 miliar di APBD. Namun realisasinya masih menunggu survei lokasi. ''Anggaran pembangunannya berasal dari bantuan pusat,'' katanya. Anggaran sebesar itu akan dibagi untuk Desa Sidorejo Rp 1 miliar dan Balerante Rp 1 miliar. (H34-26)
Post Date : 30 Mei 2011
|