Kota Mulai Krisis Air

Sumber:Indopos - 16 Oktober 2007
Kategori:Air Minum
LUMAJANG - Krisis air bersih mulai "menjamah" wilayah Kota Lumajang. Setidaknya, ada dua RW yakni RW IV dan RW V di Kelurahan Tompokersan, yang sejak dua bulan terakhir ini merasakan kesulitan air bersih. Pasokan air PDAM yang diharapkan mampu mengatasi kesulitan juga belum banyak membantu warga. Bahkan, seringkali air PDAM tidak mengalir sama sekali. Praktis, ratusan warga dua RW tersebut hanya menggantungkan air sumur yang sudah lama tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Antre air untuk keperluan masak dan minum-pun nyaris menjadi pemandangan sehari-hari di dua RW yang berada di bilangan Jalan Raya Panglima Sudirman tersebut.

Safa, salah satu warga RT III/ RW V, Kelurahan Tompokersan, Kecamatan Lumajang, mengaku, sejak tiga bulan terakhir ini air PDAM seperti tidak mengalir. "Terutama selama bulan puasa kemarin," katanya. Untuk mandi dan cuci kata dia, setiap keluarga harus menunggu lama. "Lha wong air ledeng keluarnya sangat kecil. Sehari semalam saja, bak mandi tidak bisa penuh," katanya dengan sedikit emosi.

Hal yang sama dikatakan Ubed, warga setempat. Menurut dia, pernah selama tiga hari berturut-turut aliran air berhenti sama sekali. "Hal ini terjadi saat bulan puasa kemarin. Ketika mau masak warga kesulitan air," katanya. Sampai-sampai, kata Ubed, warga harus mengambil air di Musala untuk keperluan masak dan minum. "Gimana lagi, wong air ledeng tidak bisa diharapkan," katanya. Air di musala tersebut menurut dia diambli dari sumur bor yang dibuat sejak enam bulan yang lalu dengan alasan air ledeng sering macet.

Sering macetnya aliran air PDAM ini, dibenarkan oleh Ketua RW V, Irawan. Menurut dia, sebagian besar warga sudah mulai menggunakan air sumur. "Bahkan ada, sumur yang sudah lama tidak digunakan, kemudian diperbaiki dan dimanfaatkan lagi airnya," katanya. Hanya, untuk situasi saat ini, kebanyakan debit air sumur juga mulai mengering. "Kalaupun tidak kering, pengunaannya juga terbatas. Seringkali harus menunggu lama agar air sumur penuh kembali," katanya. Dia juga menambahkan untuk sumur yang berada di pinggiran sungai, air juga cukup kerus. "Hampir sama warnanya jika dibandingkan dengan air sungai," katanya.

Lebih lanjut dikatakan, meski aliran air ledeng ini sering macet, tarif bayar PDAM juga sama saja. "Seperti saat normal saja. Padahal, sejak tiga bulan terakhir ini tidak bisa dikatakan normal," imbuhnya. Menurutnya, biaya yang harus dia bayar untuk PDAM setiap bulannya sama saja, berkisar Rp 20 Ribu hingga Rp 30 Ribu. "Seharusnya kan tidak begitu," ungkapnya.

Sementara itu, Adi Suprapto, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, kondisi sering macetnya aliran air PDAM ini, sudah mulai menimbulkan gap kecil di lapisan masyarakat bawah. "Mulai terjadi kekisruhan di kelompok kecil masyarakat," katanya. Hal ini dipicu dengan, oleh aksi numpang air bagi keluarga yang membutuhkan air di keluarga yang memiliki sumur. "Padahal air sumurnya juga sangat terbatas," katanya.

Hingga berita ini ditulis, pihak PDAM Lumajang masih belum bisa berkomentar banyak soal seretnya pasikan air tersebut. Direktur Teknis PDAM, Cahyawan Nawaputra, melalui SMS (short message service) mengatakan, pihakanya akan segera mengecek keluhan warga soal seretnya air PDAM tersebut. (vid)



Post Date : 16 Oktober 2007