|
MAGELANG -- Kesan sejuk dan nyaman terasa begitu kita memasuki wilayah Rukun Warga 7 Kelurahan Potrobangsan, Kampung Dumbo, Magelang. Pepohonan hijau, lingkungannya tertata, dan bersih. Hal itu bisa dipahami karena sejak dua tahun lalu mereka telah menerapkan pengolahan sampah dengan sistem 3R: reuse, reduce, dan recycle. Sejak menjadi salah satu kota dari tiga kota yang dipilih Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengikuti program 3R, volume sampah di tiga wilayah, yakni Kelurahan Potrobangsan, Kelurahan Rejowinangun Selatan, dan Kelurahan Cacaban, berkurang drastis, tinggal sepertiganya. "Setiap hari kelurahan ini hanya menghasilkan dua gerobak sampah, padahal sebelumnya bisa enam gerobak," kata Suwastomo, koordinator manajemen persampahan Kampung Paten Gunung. Keberhasilan mengolah sampah dengan sistem 3R di kampung percontohan membuat pemerintah Magelang berangan-angan. Dalam lima tahun ke depan, Kota Magelang akan dijadikan kota zero waste. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dijadikan tempat pengolahan akhir sampah. Demikian yang diungkapkan Teguh Mujiono, Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Magelang, kemarin. Kini, Teguh melanjutkan, di daerah percontohan itu terdapat 250 keluarga yang setiap hari aktif memilah sampah dan membuat kompos. "Dalam dua tahun ke depan, ada 14 kelurahan yang akan menyusul melaksanakan program 3R ini," ujarnya. Menurut Teguh, jika pemilahan sampah dan pengomposan berhasil, penghasilan petani akan bisa terbantu. Tak hanya itu, kota juga menjadi bersih. "Dan yang paling penting, tidak lagi diperlukan kuburan sampah yang disebut tempat pembuangan akhir sampah," katanya. Setiap hari kota berpenduduk 118.646 jiwa ini menghasilkan sampah 363 meter kubik. Kepala Seksi Kebersihan Kota Magelang Sunardi mengatakan, setelah masuk TPA dan dimanfaatkan pemulung, sampah yang masuk ke TPA tinggal 200 meter kubik per hari. BERNARDA RURIT Post Date : 21 April 2008 |