Kota Jogja Krisis Air Bersih

Sumber:Jawa Pos - 17 Maret 2010
Kategori:Air Minum

JOGJA - Kondisi air yang ada di Kota Jogjakarta ternyata memprihatinkan. Dari pengujian air sumur yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, diketahui jika 65-70 persen kondisi air tidak memenuhi syarat kebersihan. Mayoritas sumur warga mengandung bakteri coliform dan coli tinja/e.coli.

Dari sample pengujian yang dilakukan 18 Puskesmas di Kota Jogja, menurut Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Eni Dwiniarsih kadar bakteri tersebut sudah di atas ambang batas. Rata-rata dari pemeriksaan yang dilakukan timnya, komposisi bakteri mencapai 10 persen. Dengan syarat minimal sebuah air baru dikatakan bersih atau sehat dikonsumsi, 0 MPN/100 mililiter dan coli tinja/ecoli 0 MPN/100 mililiter.

Buruknya kondisi air di Kota Jogja ini, dijelaskannya disebabkan kepadatan penduduk yang sudah tak terbendung lagi. "Akibatnya, sumur yang seharusnya jarak minimalnya dengan septic tank 10 meter menjadi tidak terpenuhi," jelasnya, di Kompleks Balai Kota, Senin kemarin (15/3).

Namun, beberapa tempat yang jaraknya belum cukup padat, memang masih banyak yang kondisi airnya sehat untuk dikonsumsi. Tapi, ini jumlahnya tidak signifikan dengan luas wilayah di Kota Jogja."Tak sampai 30 persen sumur warga yang benar-benar bersih dari bakteri," lontarnya.

Wilayah yang kondisi airnya memenuhi syarat untuk dikonsumsi juga ada di daerah padat penduduk. Seperti di kawasan Kauman. Di sana kondisi air sumur warga memang lebih baik daripada daerah lainnya. Itu terjadi lantaran adanya saluran air limbah. Sehingga, limbah rumah tangga tak ada meresap di tanah sekitar septic tank.

Mengenai usaha mendapatkan air yang layak konsumsi ini, dikatakan Eni, sebenarnya bisa dengan memasak air sumur yang mengandung bakteri. "Dengan memasak air sampai mendidih atau 100 derajat celcius. Setelah itu, didiamkan lima menit, baru bakteri mati," kata Eni.

Eni menjelaskan, pemasakan air sampai mendidih baru didiamkan lima menit sangat penting dilakukan warga. Agar, bakteri yang terkandung dalam air sumur tersebut bisa mati dan tak bereaksi ketika masuk ke dalam tubuh.

Upaya mencegah bakteri coli tinja dan coliform ini, menurut Eni bukan hanya dilakukan dengan memasak air saja. Masyarakat bisa memberikan kaporit di tanon air atau dimasukkan ke sumur.

"Caranya dengan mencampur setengah gelas chlorine diffuser atau kaporit dengan enam gelar pasir. Setelah tercampur baru dimasukkan ke tempat-tempat penampungan air untuk mematikan bakteri ecoli dan coliform," tuturnya.

Namun, campuran kaporit dengan pasir ini hanya bereaksi selama 10 hari saja. Jadi, harus diperhatikan setelah 10 hari, warga harus mengganti campuran tersebut dengan yang baru dicampur.

"Bagi masyarakat yang menginginkan chlorine diffuser, bisa langsung menghubungi Puskesmas masing-masing kecamatan. Karena, kami setiap tahun menyebar 400 unit chlorine diffuser ini," terang Lina Sulistyanti, staf Seksi Penyehatan Lingkungan.

Usaha sterilisasi kondisi air juga dilakukan PDAM Tirtamarta. Direktur PDAM Tirta Martha, Imam Priyono mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pembersihan sumur milik warga Jogja. Pembersihan dilakukan terutama bagi daerah yang berada di bantaran sungai. Lantaran, kawasan tersebut yang sangat berpeluang terjangkiti bakteri. "Kami sudah melakukan upaya pembersihan terhadap 1000 sumur. Selain tugas utama menyediakan air sehat bagi konsumen," tegasnya. (eri)



Post Date : 17 Maret 2010