Abu Dhabi membangun kota berbasis energi alternatif dan ramah lingkungan dengan biaya milyaran dolar. Bakal menjadi kota hijau pertama di dunia. Akankah menjadi kenyataan?
Sebuah kota serba hijau ramah lingkungan, tanpa asap polusi, tak ada mobil, dan terbebas dari sampah, serta ditopang oleh sumber energi yang berlimpah. Ini bukan sekadar kota impian, melainkan kenyataan. Setidaknya, itulah yang sedang terjadi di Abu Dhabi, pemerintah emirat terbesar dalam Uni Emirat Arab (UEA).
Negeri kaya minyak dengan pendapatan per kapita US$ 63.000 itu sedang giat membangun apa yang disebut proyek kota Masdar. Inilah megaproyek yang berambisi membangun kota pertama di dunia yang ramah lingkungan, bebas polusi dan bebas emisi gas karbon. Tak hanya itu. Masdar juga berniat menjadi kota pertama yang benar-benar mengandalkan energi alternatif.
Untuk mendukung pembangunan Masdar, Pemerintah Abu Dhabi mengadakan berbagai proyek pengumpulan dana dan menggalakkan teknologi ramah lingkungan (lihat tabel). Misalnya saja, akhir Januari lalu, Abu Dhabi mengumumkan telah menggelontorkan dana US$ 15 milyar untuk sebuah proyek yang disebut "Masdar Initiative".
Proyek ini bertugas mengembangkan dan menciptakan teknologi ramah lingkungan selama kurun waktu lima tahun. Mulai proyek pembangkit listrik tenaga hidrogen, tenaga surya, hingga penyimpanan karbon. Masdar Initiative juga mencakup proyek penggalangan dana US$ 250 juta, yang disebut The Masdar Clean Technology Fund. "Semua ini merupakan bagian dari rencana besar pengembangan teknologi hijau untuk kota Masdar," kata CEO Masdar Initiative, Sultan al-Jaber, seperti dikutip Reuters.
Pembangunan kota Masdar dicanangkan sejak 2006. Jika tak ada aral melintang, Masdar dapat dihuni pada tahun 2016. Lokasinya tak jauh dari bandar udara internasional, kira-kira 17 kilometer arah tenggara Ibu Kota Abu Dhabi. Masdar didesain dapat menampung sekitar 50.000 warga, dengan 1.500 lokasi bisnis. Luasnya mencapai 6 kilomoter persegi. Seluruh biaya pembangunan kota hijau itu diperkirakan mencapai US$ 22 milyar.
Abu Dhabi telah menyewa Foster and Partners, perusahaan arsitek perkotaan asal Inggris, untuk mendesain Masdar agar benar-benar hijau serta menggunakan energi non-minyak dan gas. Misalnya, sumber listrik kota akan menggunakan pembangkit tenaga surya. Ini cocok untuk kondisi Jazirah Arab yang berlimpah sinar matahari.
Seperti dipaparkan situs resmi proyek Masdar, www.masdaruae.com, kota itu akan mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya atau concentrating solar power (CSP) berkapasitas 100 MW. Pembangkit yang rencananya dibangun di kawasan Madinat Zayad itu ditargetkan beroperasi pada 2010. Karena itu, para ahli Abu Dhabi giat mengembangkan teknologi panel sel surya photovoltaic, yang dapat memusatkan energi surya sehingga lebih bertenaga.
Selain itu, Masdar telah meneken kerja sama dengan BP dan Rio Tinto untuk melakukan studi kelayakan dalam mendesain kawasan industri pembangkit energi berbasis hidrogen, lengkap dengan teknologi penangkal emisi karbonnya (carbon capture & storage --CCS). Jika terwujud, industri ini bakal menjadi proyek pembangkit listrik hidrogen terbesar berkapasitas 500 MW.
Masdar memang sangat hati-hati pada tiap gas polusi yang mungkin dihasilkan. Mereka mencanangkan penerapan teknologi CCS untuk semua proyek pembangunan berskala nasional, Maret tahun silam. Pada tahun ini, teknologi CCS wajib dilaksanakan sesuai dengan kebijakan energi nasional.
Pemerintah Abu Dhabi sadar, berbagai penerapan teknologi hijau itu bakal tak ada gunanya jika gaya hidup tetap boros energi. Karena itu, para penghuni kota hijau diwajibkan menaati sejumlah peraturan yang juga ramah lingkungan. Misalnya saja, Masdar akan mengandalkan transportasi umum seperti kereta api bertenaga magnet ketimbang kendaraan pribadi.
Bangunan permukiman memang berdasarkan arsitektur tradisional, tapi materinya dari unsur yang ramah lingkungan. Penggunaan pendingin ruangan dilarang. Sebagai gantinya, tiap bangunan dilengkapi dengan menara-menara penangkap angin. Air bersih untuk memenuhi kebutuhan kota pun bersumber dari air laut yang disuling dengan alat yang menggunakan tenaga surya. Karena itu, Jaber berani mengklaim bahwa penggunaan air kota Masdar bakal lebih hemat dibandingkan dengan konsumsi air nasional.
Masdar juga tak asyik dengan proyek lingkungan sendiri. Berbagai kerja sama dan kesepakatan internasional tentang lingkungan pun menjadi prioritas. Salah satunya adalah pelaksanaan sejumlah proyek pembangunan Masdar dalam mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism --CDM) sesuai dengan Protokol Kyoto.
Belum lama ini, Masdar mengembangkan kerja sama proyek CDM dengan sejumlah perusahaan raksasa, seperti Abu Dhabi National Oil Company, Abu Dhabi Water and Electricity Authority, dan Dubai Aluminium. Pemerintah Kota Masdar nantinya memberikan insentif dan sejumlah sertifikat kredit karbon yang dapat diperjualbelikan dalam lingkup proyek-proyek pengurangan emisi karbon, termasuk memberikan bimbingan, bantuan teknis, dan kemudahan investasi.
Apakah kota impian itu bakal jadi kenyataan? Desainer kota Masdar, Norman Foster, mengatakan bahwa megaproyek hijau itu memang luar biasa. ''Sistem daur ulang limbah, sistem transportasi, dan proyek penyulingan air laut, semuanya luar biasa dan belum pernah dilakukan dalam skala besar,'' kata Foster. Melaksanakan proyek itu, menurut Foster, ibarat ''mendaratkan manusia ke bulan''. ''Tapi itu bukan berarti tak bisa dilakukan, bukan?'' katanya.
Apalagi, dukungan dana untuk mewujudkan kota Masdar memang sangat besar. Betapa tidak, negeri itu adalah penghasil minyak dunia urutan kelima dan urutan keenam untuk gas alam. Ini tentu ikut mendongkrak pendapatan per kapita mereka mencapai US$ 63.000. Bandingkan dengan pendapatan per kapita Amerika Serikat dan Inggris yang "hanya" US$ 45.000.
Karena harga minyak internasional yang terus membubung tinggi, angka ekspor minyak Abu Dhabi pun melonjak empat kali lipat dibandingkan dengan 1999. Menurut kalkulasi majalah Time, proyek Masdar Initiative boleh saja makan dana US$ 15 milyar. Tapi biaya sebesar itu tak banyak menguras kantong, karena UEA bisa menghasilkan US$ 225 juta per hari dari jualan minyak.
Hiruk-pikuk pembangunan Masdar ini pun segera mengundang decak kagum dunia Barat. ''Mereka benar-benar mengguyur proyek itu dengan milyaran dolar. Ini menunjukkan, mereka benar-benar serius,'' tutur Nicholas Parker, pemimpin Cleantech Network, perusahaan energi bersih di Amerika Serikat. ''Ini terobosan kawasan Timur Tengah yang sangat luar biasa di bidang energi,'' kata Russel Jones, mantan Presiden Universitas Delaware, Amerika Serikat, kepada Time.
Jika Masdar benar-benar terwujud, dominasi minyak bumi akan menjadi catatan dalam buku sejarah energi.
Target Kota Hijau Masdar
Nol Karbon Kota ini 100% bakal hidup dengan energi berkelanjutan. Salah satu sumber utamanya adalah tenaga surya melalui teknologi photovoltaic, tenaga angin, biomassa, dan teknologi lainnya.
Nol Limbah Kota Masdar akan mengolah 99% limbahnya menjadi energi kembali. Misalnya, membuat kompos, penggunaan gas metan dari sampah, dan mengembangkan gaya hidup daur ulang.
Transportasi Ramah Lingkungan Masdar menerapkan kebijakan emisi nol karbon di bidang transportasi, mengutamakan transportasi umum serta teknologi kendaraan dengan bahan bakar non-minyak dan gas.
Bangunan Ramah Lingkungan Memakai bahan-bahan bangunan yang dapat didaur ulang, menggunakan cara dan metode hemat energi dalam pembangunannya, mengutamakan penggunaan bahan-bahan alami, seperti bambu atau kayu yang telah bersetifikat ramah lingkungan.
Bahan Makanan Berkelanjutan Mendorong distributor makanan untuk menyuplai bahan makanan organik yang aman bagi lingkungan dan manusia.
Sumber Air Berkelanjutan dan Hemat Konsumsi air per kapita lebih hemat 50% dari konsumsi nasional, dengan menerapkan gaya hidup hemat energi serta penggunaan teknologi pengolahan daur ulang limbah air dan air laut.
Ekosistem, Habitat, dan Hutan Masdar juga mewajibkan konservasi sejumlah spesies hewan dan tumbuhan langka.
Megaproyek Hijau Masdar
Proyek
Jumlah Investasi
Tahun
Kota hijau Masdar US$ 22 milyar Selesai tahun 2016 Masdar Initiative, termasuk The Masdar Clean Technology Fund sebesar US$ 250 juta US$ 15 milyar
Sejak 2006 Bekerja sama dengan BP dan Rio Tinto membangun pembangkit listrik tenaga hidrogen 500 MW US$ 2 milyar Beroperasi tahun 2009 Bekerja sama dengan Tokyo Institute of Technology, Cosmo Oil membangun pembangkit energi surya berkapasitas 100 MW US$ 1 milyar Akhir 2008
- Kota hijau Masdar bakal bebas polusi, hemat energi, dan berbasis teknologi ramah lingkungan.
- Dunia Barat terkagum-kagum.
- Berambisi menjadi ikon kota hijau dunia. Diolah dari berbagai sumber
Post Date : 06 Maret 2008
|