BEKASI, (PR).- Kota Bekasi membutuhkan setidaknya enam belas polder (penampungan air) untuk mengatasi banjir kiriman yang sering melanda saat curah hujan di wilayah Bogor tinggi. Hanya, hingga saat ini baru satu polder air di Jln. Hasibuan yang telah selesai dikerjakan dan telah bekerja sebagai tandon air dari luapan Kali Mati yang berasal dari Bendung Bekasi.
Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bekasi, Rahmat Kusmayadi, Rabu (17/2), mengatakan Kota Bekasi berada pada posisi yang rendah dibandingkan daerah lainnya di sekitar Kota Bekasi. Sementara, kontur tanah yang ada di Kota Bekasi hampir rata sehingga air tidak dapat mengalir ke laut dan menggenang di wilayah Kota Bekasi.
Hal itu, ujar dia, menyebabkan potensi banjir tahunan setiap musim hujan semakin parah. "Antisipasi banjir yang bisa kita lakukan adalah membangun polder air di beberapa titik yang rawan meluap. Dengan demikian, air kiriman tidak sampai meluap, tetapi tertahan di polder tersebut," kata Rahmat.
Menurut dia, saat ini satu polder air yang telah bekerja yakni di Jln. Hasibuan. Dengan adanya polder air itu, wilayah sekitar Jln. Kartini saat ini tidak lagi kebanjiran luapan Kali Bekasi.
Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, Agus Sofyan mengatakan untuk mewujudkan enam belas polder air yang dibutuhkan, Pemkot Bekasi agak kesulitan. Sebab, sebagian besar lokasi polder maupun situ yang ada di Kota Bekasi telah dimiliki oleh perorangan maupun yayasan. Akibatnya, pemkot butuh biaya yang relatif mahal untuk membebaskan sejumlah situ.
CCTv
Sementara itu, untuk efektifkan pantauan banjir, Petugas Pantau Bendung Kali Bekasi Perum Jasa Tirta II Saluran Tarum Barat, Kota Bekasi mengusulkan pengadaan alat kamera closed circuit television (CCTv).
Alat tersebut diyakini dapat memaksimalkan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya musibah banjir akibat luapan air Kali Bekasi ataupun air kiriman dari Bogor.
Kepala Bendung Kali Bekasi, Arsito, kepada "PR" di Bekasi, Rabu (17/2) mengatakan, perangkat komunikasi yang saat ini digunakan sudah tergolong lama dan dirasa kurang maksimal mendeteksi situasi Kali Bekasi.
"Sampai saat ini kami hanya menggunakan alat konvensional berupa sinyal radio dan tiga unit handy talky (HT) untuk berkomunikasi dengan para petugas di bagian hulu sungai bila terjadi peningkatan curah hujan," katanya. (A-155/A-186)
Post Date : 18 Februari 2010
|