|
[BANDUNG] Kota Bandung, Jawa Barat, bakal mengalami krisis air tanah tahun 2025 bila pengambilan air tanah oleh industri dibiarkan begitu saja. Penurunan muka air tanah di Bandung mencapai 1-4 meter per tahunnya. Penurunan muka air tanah itu menyebabkan terjadinya amblesan atau penurunan permukaan tanah di Kota Bandung. "Dampaknya krisis air tanah," kata Kepala Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi pada Departeman Energi dan Sumber Daya Mineral, Achmad Djumarma, di Bandung, Jumat (4/1). Pusat Lingkungan Geologi memiliki empat titik pemantauan, masing-masing di Leuwigajah, Rancaekek, Majalaya, dan Kebonkawung. Dari awal 1990 sampai sekarang pemantauan itu rata-rata, tanahnya sudah turun sekitar 52 sentimeter (cm), katanya. Penurunan muka air tanah di Kota Bandung berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan yang terjadi di Jakarta atau Semarang. Pasalnya, Jakarta dan Semarang yang juga mengalami penurunan muka air tanah masih mendapatkan asupan air dari proses intrusi air laut. Sehingga ketika air tanah turun diganti air laut. Kalau di Bandung, hilang, ya hilang saja, katanya. Kecepatan amblesan tanah di Kota Bandung, tambahnya, antara 1-9 cm per tahun. Di Semarang itu antara 1-8 cm per tahun dengan penurunan muka air tanahnya antara 1 - 2,5 meter per tahun. Dilihat dari sana, yang paling parah penurunan muka air tanah itu Bandung. Dia memberikan ilustrasi, semakin menipisnya persediaan air tanah di Kota Bandung. Menurut dia, 20-25 tahun lampau, tinggi permukaan air tanah di Bandung berkisar antara 0 sampai (+) 10 meter. "Seperti di awal tahun 1970-an. Ada beberapa daerah yang permukaan airnya sampai (+) 10 sentimeter. Jadi ketika dibor sedikit, air langsung keluar. Sekarang sudah tidak ada. Air tanah di Bandung, rata-rata sudah pada kedalaman (-) 80 meter," katanya. Terkait dengan banjir dan genangan air laut di Jakarta belakangan ini, dia menuturkan hal itu terjadi karena adanya pembangunan di daerah Muara Kapuk. Pembangunan itu, menyebabkan wilayah tadinya rawa-rawa mengalami peninggian. [153] Post Date : 05 Januari 2008 |