Kota Bandung Dikepung Banjir "Cileuncang"

Sumber:Pikiran Rakyat - 21 November 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG, (PR).- Hujan deras yang mengguyur Kota Bandung dan sekitarnya pada Jumat (20/11) sejak pukul 11.00 WIB - 19.00 WIB, membuat seluruh ruas jalan dilanda banjir. Jalan utama maupun jalan alternatif berubah seperti aliran sungai.

Banjir di antaranya terjadi di Jln. Naripan, Jln. Asia Afrika, Jln. Wastukancana, Jln. Ir. H. Djuanda, Jln. Supratman, Jln. Surapati, Jln. Dr. Djundjunan, Jln. Dr. Otten, Jln. Gardujati, Jln. Sudirman, Jln. Pasirkoja, Jln. Soekarno-Hatta, Jln. Kopo, Jln. Leuwipanjang, Jln. Inhoftank, Jln. L.L.R.E. Martadinata, Jln. Gatot Subroto. Di Cimahi, salah satu titik yang dilanda banjir adalah kawasan Jln. Melong Asih, Kec. Cimahi Selatan.

Ketinggian banjir cileuncang tersebut beragam. Rata-rata ketinggian air diperkirakan lebih dari 30 sentimeter atau setinggi betis orang dewasa. Hal itu menyebabkan banyak kendaraan mogok dan berdampak pada antrean panjang kendaraan. Selain itu, karena derasnya aliran air, sejumlah kendaraan pun sempat hanyut terbawa arus.

Banjir juga terjadi di Kampung Cieunteung, Kelurahan/Kecamatan Baleendah dan Kampung Leuwibandung, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot. Akibatnya, ratusan rumah terendam. (Berita lain di halaman 23)

Banjir cileuncang kali ini, diakui warga lebih parah dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Julius (32) yang berusaha melintas di Jln. Asia Afrika mengatakan, tingginya air dan derasnya arus membuat Julius menepikan kendaraannya. "Airnya tinggi sekali, sudah itu deras pula. Memang sih di sini (Jln. Asia Afrika), juga banjir cileuncang kalau hujan, tetapi tidak separah ini. Ini sih parah sekali," katanya, Jumat (20/11).

Tia (26), warga Ujungberung yang menuju tempat kerjanya di Jln. Soekarno-Hatta, mengakui hal yang sama. Bahkan, akibat derasnya arus banjir cileuncang, sandal jepit yang ia pakai hanyut terbawa arus. "Tadi saya lewat Pasupati. Tinggi airnya sekitar sebetis, di jalan yang lain juga seperti itu. Bahkan, di Jln. Sudirman yang tidak pernah cileuncang juga tergenang air," ujarnya.

Ia menambahkan, aliran air juga sangat deras, sehingga ada beberapa kendaraan yang hanyut terbawa arus. "Cileuncang kali ini benar-benar dahsyat. Air lebih tinggi, titik yang mengalami cileuncang lebih banyak. Lalu, airnya itu bau sekali, berwarna cokelat tua, dan banyak sampah," katanya.

Di Jln. Kopo Sayati, Kab. Bandung dan Jln. Melong Asih, Cimahi, banjir terjadi setinggi betis orang dewasa. Akibatnya, seluruh kendaraan yang melintasi daerah tersebut mengalami antrean panjang. Di Kopo, hingga pukul 19.00 WIB, puluhan motor tampak berjejer di pinggir jalan karena mogok. Rully (21), warga Sayati mengatakan, setiap kali hujan besar memang biasanya banjir. "Banjirnya ya bisa sampai sebetis seperti ini. Kalau motor yang pendek pasti sudah pada mogok," katanya.

Tidak hanya pengguna kendaraan saja yang dibuat pusing oleh banjir tersebut, sebagian besar penumpang angkot terpaksa berjalan kaki mulai dari pintu tol Kopo hingga arah Sayati. Pasalnya, kebanyakan angkot memilih memutar jalan untuk menghindari banjir dan kemacetan tersebut.

Drainase

Kondisi paling parah terjadi di Jln. Akipadma, Kp. Babakan, Kel. Babakan, Kec. Babakan Ciparay Kota Bandung. Dua rumah milik Yumiati (36) dan Maksum (51), tergenang air dengan ketinggian lebih dari satu meter. Akibatnya, pagar rumah Yumiyati roboh, sementara kaca rumah Maksum pecah. Barang-barang mereka pun tidak ada yang selamat dari genangan tersebut.

"Air mulai meninggi sejak pukul jam 16.00 WIB sampai sepinggang dan tidak surut karena tidak ada aliran. Genangan terjadi akibat luapan air dari Jln. Soekarno-Hatta dan tol Pasirkoja," ujar Yumiati

Berdasarkan pemantauan "PR", hingga pukul 19.30 WIB, air masih menggenangi rumah Yumiati dan Maksum sampai setinggi lutut. Maksum mengeluhkan buruknya drainase di daerah itu, sehingga air tidak segera surut. "Kami terpaksa membuang air dari dalam rumah dengan alat seadanya, karena tidak kunjung surut meski hujan telah reda. Masalah drainase sudah sering kami adukan sejak beberapa waktu saat ada pelebaran jalan dan pembuatan gorong-gorong, tetapi belum ada respons dari pemerintah," ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung Rusjaf Adimenggala mengatakan, banjir cileuncang di Kota Bandung disebabkan oleh tingginya limpasan (run-off) akibat berkurangnya bidang resapan air. Ia mengungkapkan, saat ini besaran run-off mencapai 90 persen. Akibatnya, lebih banyak air yang mengalir tanpa sempat terserap tanah.

Hal itu pun diperburuk dengan banyaknya sampah yang menyumbat saluran air dan tingginya sedimentasi dari hulu. Selain itu, banyak anak sungai, brandgang yang tidak berfungsi secara optimal. "Saluran banyak yang tertutup oleh gedung, parkir toko. Tali-tali air ditutup untuk kepentingan toko. Pengurukan perumahan dilakukan tanpa membuat drainase khusus ke sungai. Akibatnya, air jadi mengalir melalui jalan," ucapnya.

Rusjaf mengatakan, untuk mengatasi cileuncang di Kota Bandung, harus dilakukan normalisasi anak sungai, brandgang, pembuatan sodetan, dan penertiban bangunan liar yang menutupi saluran air.

"Masyarakat pun juga harus menyadari untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sehingga, tidak akan menyumbat saluran air," ujarnya.

Normalisasi saluran

Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda mengatakan, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah Kota Bandung akan menormalisasi saluran air dan drainase, serta menambah luas ruang terbuka hijau (RTH) sebagai bidang resapan. "Akan tetapi, upaya ini tidak akan maksimal apabila warga tidak turut serta. Jangan lagi membuang sampah dan berangkal ke saluran air. Selain itu, juga bersama-sama membuat sumur resapan atau biopori untuk menurunkan run-off," katanya.

Ketua DPRD Kota Bandung Erwan Setiawan mengatakan, pihaknya akan memanggil dinas terkait untuk mengoordinasikan permasalahan ini. Ia berharap, pertemuan yang akan dilaksanakan Senin (23/11) mendatang, akan menghasilkan skema untuk menyelesaikan permasalahan rutin Kota Bandung.

Erwan menegaskan, DPRD akan mendukung semua langkah yang akan diambil DBMP untuk mengatasi masalah cileuncang. Pasalnya, menurut Erwan, masalah ini tidak lagi dapat dibiarkan berlarut-larut. "Kami akan alokasikan anggaran kalau alasannya jelas. Bicarakan dengan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD). Beri keyakinan jika anggaran ditambah, itu akan menyelesaikan masalah," ujarnya. (A-188/A-113/A-177/A-178)



Post Date : 21 November 2009