Kota Bandung Antisipasi Krisis Air

Sumber:Koran Sindo - 01 Juli 2009
Kategori:Air Minum

BANDUNG(SI) – Wali Kota Bandung Dada Rosada mengaku khawatir terjadi krisis air bersih akibat musim kemarau panjang tahun ini.Krisis air juga muncul dari kemungkinan penghentian pasokan air dari Kabupaten Bandung.

”Masalah ini harus diselesaikan cepat.Apalagi sekarang Bandung masih sangat kekurangan air.” ”Kita khawatir tidak ada air lagi karena sumbernya habis dan pemeliharaan kurang. Kita harus siap-siap dari sekarang,”ujar Dada di Gedung DPRD Kota Bandung, kemarin. Meski mengakui Kota Bandung sangat kekurangan air,namun menurut Dada, saat ini belum terjadi bahaya krisisairbagiwarga.Krisisair terjadi bila suplai air ke rumah sekitar 14.000 pelanggan PerusahaanDaerah AirMinum(PDAM) sudah dijatah menggunaan sistem gilir.

Kondisi seperti ini bisa terjadi bila wilayah Kabupaten Bandung sebagai sumber air Kota Bandung mengalami kekeringan akibat kemarau. Ditanya soal antisipasi kemarau panjang,Dada mengaku sudah sejak lama terus mengajak masyarakat menggiatkan penanaman pohon dan membuat sumur resapan. Sebagai program jangka panjang, Pemkot Bandung juga akan berusaha membeli beberapa lahan milik warga di dataran tinggi wilayah timur Kota Bandung seperti Cibiru dan Ujung Berung untuk dijadikan hutan kota dan sumber air.

Di tempat yang sama, Direktur PDAM Kota Bandung Jaja Sutardja menyatakan, hingga saat ini debit air di Kota Bandung masih normal yaitu 2.600 liter per detik.Meski begitu, dia mengakui bahwa memasuki musim kemarau panjang tahun ini, debit air akan berkurang. ”Tapi kami belum ada persiapan khusus menghadapi kemarau sekarang,” katanya. Diberitakan sebelumnya,musim kemarau panjang diperkirakan akan terjadi di Indonesia tahun ini.

Dampak yang dikhawatirkan adalah meluasnya kekeringan menyebabkan ribuan hektare sawah gagal panen dan kesulitan air bersih di perkotaan.Perkiraan ini adalah hasil model iklim dinamik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang didukung prakiraan suhu muka laut Pasifik dan parameter atmosfer dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Sementara itu, staf Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung Annie Hanifah menyebutkan, berdasarkan prakiraan,rata- rata curah hujan di Jawa Barat pada Juni-Agustus 2009 antara 214- 832 mm per bulan.

Angka prakiraan curah hujan terendah akan terjadi di wilayah Indramayu bagian tengah dan sebagian Subang bagian timur dengan curah hujan antara 214-289 mm per bulan dari periode Mei periode II – Oktober periode I. ”Petani yang sawahnya masih mengandalkan irigasi, asupan air untuk tanaman mereka diprediksi masih tercukupi.Namun sawah tadah hujan, memang akan sangat tergantung akan datangnya hujan,” jelas Annie. BMKG memprediksi, puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi pada bulan Agustus.

Karawang

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kabupaten Karawang Nachrowi M Nur menyatakan, seperti biasa,menjelang kemarau pihaknya telah mengingatkan para petani mengantisipasi kekeringan. ”Antara lain dengan mempertahankan pasokan air yang sudah ada.

Caranya,merehabilitasi saluran irigasi yang rusak,” katanya.Menurut Nachrowi, para petani dapat memanfaatkan jaringan sungai di luar PJT Jatiluhur. Dengan menggunakan pompa, kata Nachrowi, petani dapat mengambil air dan mengalirkan ke lahan pesawahannya. Meski lahan pertanian di Karawang telah memasuki masa gadu, Distanhut Karawang belum menyarankan petani berganti menanam palawija. Wilayah rawan kekeringan di Karawang adalah sawah-sawah tadah hujan di utara Karawang.

Sedangkan sawahsawah tadah hujan di bagian selatan, pasokan airnya terpenuhi dari sungai alami. Wakil Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Karawang Ijam Sujana menyatakan, debit air ke lahan pesawahan sudah berkurang di antaranya di sejumlah desa di Kecamatan Tempuran,Telagasari,Cilamaya Wetan, dan Cilamaya Kulon. (wisnoe moerti/arif budianto/raden bagja mulyana)



Post Date : 01 Juli 2009