|
Cimahi, Kompas - Sampai hari Selasa (22/2) malam, jumlah jenazah yang ditemukan dari longsoran sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah bertambah menjadi 67 orang. TPA Leuwigajah terletak di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Usaha menyelamatkan korban yang diduga masih berada dalam timbunan longsoran sampah masih terus dilakukan sampai kemarin. Berdasarkan data dari posko bencana, 315 orang dinyatakan selamat dan 112 lainnya hingga Selasa malam belum ditemukan. Kemarin, sekitar pukul 14.30 Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Alwi Shihab dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah mengunjungi lokasi longsor. Dalam kunjungan tersebut, kedua menteri memberikan bantuan dana dari pemerintah bagi para korban. Sebelum menuju lokasi, keduanya mendengarkan penjelasan mengenai kondisi lokasi dan korban dari Bupati Bandung Obar Sobarna. Obar menjelaskan, pihaknya membentuk tim penanggulangan bencana untuk lebih memudahkan koordinasi antar-instansi dalam menanggulangi bencana ini. Selain itu, pihaknya menginstruksikan kepada warga yang tinggal di daerah yang rawan longsor susulan agar untuk sementara waktu mengungsi ke tempat yang lebih aman. Dalam sambutan singkatnya, Alwi menyampaikan salam dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada para korban. Presiden, lanjut Alwi, menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada warga yang tinggal di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah yang terkena musibah. Selain itu, lanjut Alwi, Presiden meminta kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung, dan Pemerintah Kota Cimahi untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan semaksimal mungkin terhadap korban-korban yang masih tertimbun longsoran sampah. Presiden, ujar Alwi, juga meminta agar para korban diperlakukan baik. Ia meminta proses evakuasi tidak berlangsung lama. Karena itu, aparat diharapkan mendayagunakan segala potensi seoptimal mungkin. Alwi mengingatkan kepada pemerintah daerah (pemda) agar longsor yang mengakibatkan korban jiwa seperti ini tidak terjadi lagi. Ia mengharapkan pemda melakukan segala upaya untuk menghindari berulangnya peristiwa seperti ini. Saat hendak kembali ke posko, ketika baru usai memberikan keterangan pers, seorang pemuda menepuk bahu Menko Kesra dan mengatakan, "Saya minta pertanggungjawaban pemerintah terhadap kejadian ini. Seluruh keluarga saya meninggal akibat longsor ini!" Alwi hendak menanggapi perkataan pemuda itu. Namun, oleh para pengawalnya, Alwi diminta tidak menanggapi hal itu dan langsung menuju ke posko. Rencana semula, rombongan menteri dan gubernur hendak meninjau lokasi TPA Leuwigajah. Namun, mendadak rencana berubah dan langsung menuju Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung. Lokasi longsor Berdasarkan pengamatan, kondisi tempat awal longsor di Kampung Cireundeu, Desa Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, sudah ditinggalkan penghuninya. Tidak terlihat pemulung atau pengepul yang dulu sering bekerja di tempat itu. Lokasi longsor sendiri membentuk cekungan, yang diperkirakan sedalam lebih dari 50 meter. Dari ketinggian terlihat tanah yang semula merupakan dasar bukit sebelum ditimbun tumpukan sampah. Di tengah-tengah cekungan terlihat aliran air dari bekas tumpukan sampah membentuk sebuah kubangan. Selain itu, di bekas tumpukan sampah terlihat tebing yang terbentuk dari batu padas. Beberapa kali longsor kecil terjadi di lokasi tersebut. Menurut salah satu warga yang ditemui di lokasi, Ocin (53), sebelum digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, lokasi itu merupakan lahan pertanian yang dikelilingi dua bukit. Selain lahan pertanian, di lokasi itu juga banyak tumbuh pohon bambu dan aren, salah satu sumber mata pencarian warga. Ocin menuturkan, kemungkinan jumlah pemulung yang terkena longsor tidak begitu banyak. Kebiasaan di TPA Leuwigajah, pemulung beroperasi pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu karena pada hari terakhir itu barang-barang mereka langsung dijual kepada pengepul. "Minggu biasanya mereka libur. Mereka kembali bekerja pada hari Senin," tuturnya. Ocin mengaku kehilangan sekitar 15 sanak keluarganya. Diantaranya bernama Santi dan Davila (8 bulan). Namun, katanya lagi, kalau dihitung lebih lanjut, jumlah keluarganya yang menjadi korban sekitar 20 orang. Di lokasi longsor yang terletak di RW 09, empat backhoe terlihat mengangkat sampah untuk mencari para korban yang diduga masih tertimbun di dalam tanah. Sekitar pukul 13.30 para relawan berhasil mengangkat dua jenazah lagi dari timbunan sampah. Menurut petugas, mereka tidak bisa bergerak ke tengah timbunan sampah karena kondisi longsoran yang tidak stabil. Akhirnya, keempat alat berat tersebut hanya mencoba menggali sampah yang berada di sisi barat. Mereka belum berani bergerak terlalu jauh. Menurut Bupati Obar Sobarna, alat berat yang baru didatangkan memang tidak begitu banyak karena pihaknya masih melihat kondisi lokasi. Selain itu, alat-alat berat itu belum bisa bergerak ke tengah karena khawatir akan ambles ke tengah-tengah longsoran yang masih belum stabil. Obar memperkirakan, panjang longsoran mencapai satu kilometer lebih, dihitung dari puncak longsoran di daerah Cireundeu. Pihaknya tidak menargetkan batas akhir waktu pencarian karena sulitnya medan. Ia hanya bisa mengoptimalkan seluruh tenaga dan alat untuk melakukan pencarian korban. Pencarian dihentikan pukul 19.30 karena turun hujan deras di lokasi longsor. Proses evakuasi akan dilakukan kembali hari Rabu ini. Kemarin sekitar 10 warga RT 02 RW 09 mendatangi posko bencana. Mereka meminta jatah makanan bagi lebih kurang 125 warga yang belum mendapatkannya sejak hari pertama bencana. Menurut wakil warga, Kosim, tidak ada petugas posko yang mendatangi warga yang berada di tempat pengungsian. Mereka sejak kemarin menunggu kiriman makanan dari posko, tetapi sama sekali tidak ada yang mengirimkan. Warga juga mengeluhkan kurangnya tempat berteduh bagi mereka. Untuk itu, pihaknya meminta sekitar 125 bungkus nasi dan lima tenda. (MHD) Post Date : 23 Februari 2005 |