Korban Terserang Gatal-gatal

Sumber:Kompas - 22 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Polman, Kompas - Warga korban banjir bandang di Kabupaten Polewali Mandar mulai terserang gatal-gatal. Hal itu antara lain karena tidak ada fasilitas MCK layak. Di sekitar tenda pengungsi kondisi masih porak-poranda dengan tumpukan lumpur, batang pohon, sampah, dan reruntuhan rumah.

”Saya kena gatal-gatal kemarin, tapi langsung diobati di posko. Sekarang banyak yang kena, kakak saya, ponakan juga, dan para tetangga,” kata Mariam (42), warga Kelurahan Peto Osang, Kecamatan Alu, yang ditemui di tenda pengungsian, Rabu (21/1).

Hal sama diungkapkan Haraniah (58) dan Kamballe (40). ”Setiap hari kami mandi, buang air, dan cuci pakaian di sungai. Untuk memasak masih ada sumur yang tidak tertimbun lumpur dan pasokan air bersih dari pemerintah,” kata Haraniah.

Sungai yang digunakan untuk MCK adalah sungai yang meluap Sabtu lalu. Untuk anak-anak, kebanyakan buang air besar dan kecil di sekitar tenda.

Menurut Puspeni, petugas Puskesmas Matakali, Polman, yang bertugas di Posko Kesehatan Induk Kecamatan Alu, ”Hari ini saja dari pagi sampai siang sudah lebih dari 10 orang yang datang dengan keluhan gatal-gatal. Kalau diare dan infeksi pernapasan ada, tapi sedikit.”

Di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, korban banjir di Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok, dan Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya, Rabu, meninggalkan pengungsian menyusul surutnya genangan air.

Genangan masih ada di Kampung Sinarsari, Desa Kalangsari, setinggi 10-30 sentimeter, tetapi sebagian warga memilih pulang. Di Desa Kuta Ampel, sebagian besar dari 1.229 keluarga korban banjir juga meninggalkan tenda pengungsian di bahu jalan.

Dayat (45), warga Desa Kalangsari, menyatakan, pengungsi tidak betah di pengungsian karena bantuan berkurang. Mereka kini mengupayakan kebutuhan pangan dan air bersih sendiri. Tinang (36), pengungsi di Desa Kuta Ampel, mengatakan, dua hari terakhir sudah tidak menerima bantuan.

Pemkab Karawang mulai menutup tanggul Sungai Citarum yang jebol dengan beronjong batu dan tanah yang dipadatkan. Kepala Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Karawang Yet Dimyati mengatakan, perbaikan bersifat sementara untuk mengantisipasi banjir susulan.

Sementara itu, lebih dari seribu siswa SD dan SMP di empat kecamatan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, diliburkan selama tiga hari. Hal ini karena sekolah mereka terendam banjir akibat luapan sungai Martapura sepekan terakhir.

Sebagian warga tinggal di pengungsian karena rumah mereka terendam banjir setinggi 1 meter. Banjir di Banjar sudah ketiga kali dalam sebulan terakhir.

Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo, dan Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, hingga Rabu juga masih tergenang banjir dengan tinggi 20-70 cm. Jumlah pengungsi di Desa Kasiyan tercatat 238 jiwa.

Pengungsi mendapat bantuan pangan dan air bersih dari pemerintah dan swasta serta disediakan posko, perahu karet, petugas dan relawan yang siaga 24 jam. Biasanya, genangan banjir baru surut tuntas 2-3 bulan.

Dua tahun lalu, Yayasan Sheep Indonesia membangun balai rakyat di Desa Kasiyan bekerja sama dengan Pemkab Pati. Tempat pengungsian ini dilengkapi kamar mandi dan WC.

Adapun warga Desa Banjarsari di tepi Sungai Juwana umumnya tidak mau mengungsi. ”Kami menggunakan perahu dayung untuk mencapai jalan raya karena jalan-jalan di desa masih tergenang,” tutur Ny Marsini (30). (REN/MKN/FUL/SUP)



Post Date : 22 Januari 2009