|
Jakarta, Kompas - Ratusan penghuni Rumah Susun Cinta Kasih II di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, mengeluhkan tingginya tarif air dan listrik di kompleks tersebut. Keadaan ini membuat para penghuni Rumah Susun (Rusun) Cinta Kasih II pada Jumat ( 12/8) mendatangi pengelola rusun untuk minta penurunan tarif air dari Rp 4.000 menjadi Rp 2.000 per meter kubik. Mereka juga minta penurunan daya listrik di tiap unit rumah dari 1.300 volt ampere (VA) menjadi 900 VA. Penghuni Rusun Cinta Kasih II adalah bekas penghuni bantaran Sungai Kali Adem yang telah digusur pemerintah pada 22 Oktober 2003 silam. Sejak resmi mulai digunakan 25 Juni lalu, dari 580 blok di Rusun Cinta Kasih II, 385 blok di antaranya sudah dihuni. Blok yang belum dipakai akan segera diisi para keluarga yang sudah terdaftar di Dinas Perumahan Pemprov DKI Jakarta. Tinggal di sini sebenarnya jauh lebih enak dibanding di bantaran kali. Lingkungan di sini lebih bersih dan perasan juga lebih tenang karena tidak khawatir digusur. Uang sewa (pengelolaan lingkungan) juga tidak mahal, hanya Rp 90.000 per bulan, kata Agus, penghuni Blok A perihal rumah barunya yang berukuran 36 meter persegi. Namun, tarif listrik dan air di sini amat mahal. Tarif air mencapai Rp 4.000 per meter kubik. Padahal, tarif air PDAM rata-rata hanya Rp 1.750 per meter kubik, tambah Arno, penghuni Blok F. Ironisnya, meski harganya mahal, lanjut Arno, air di tempat itu hanya dapat dipakai untuk mandi dan mencuci. Untuk minum, penghuni rusun harus membeli lagi air dari pedagang air keliling yang harga tiap pikul Rp 1.000- Rp 4.000, tergantung di lantai berapa air itu dikirim. Semakin tinggi lantai tempat pengiriman air, semakin mahal harganya. Sementara tarif listrik yang harus dibayar para penghuni rusun sekitar Rp 45.000 per bulan. Ini karena daya listrik di sini terlalu besar hingga biaya beban Rp 30.200. Kalau daya dikurangi, tarif dapat lebih murah, katanya. Sementara itu, Koordinator Pengelola Rusun Cinta Kasih II Abdul Muis menyatakan tidak dapat menurunkan daya listrik karena tarif itu ditentukan oleh PLN. PLN tidak mau tiap unit rusun punya sambungan listrik sendiri sehingga mereka memakai sistem curah dengan daya di atas 6.600 VA, jelas Muis. Tentang tarif air yang mencapai Rp 4.000 per meter kubik, menurut Abdul Muis, hal itu terjadi karena pihaknya membuat sumur bor sendiri. Sebab air dari PDAM tidak sampai kawasan itu. Setiap bulan kami juga membayar pajak penggunaan air tanah Rp 7 juta, ucap Muis. (NWO) Post Date : 13 Agustus 2005 |