Korban Butuh Air Bersih

Sumber:Kompas - 23 September 2009
Kategori:Air Minum

Mandailing Natal, Kompas - Warga korban banjir bandang di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, kini kesulitan air bersih. Seminggu setelah bencana, mereka masih mengonsumsi air sungai bercampur lumpur. Ancaman gangguan kesehatan sangat terbuka menyerang warga.

”Warga terus mengonsumsi air sungai karena kebiasaan. Mereka harus memanfaatkan air bersih di dalam tanah dan sumber air terdekat,” ujar Komandan Komando Distrik Militer 0212/ TS Letnan Kolonel Togar PL Pangaribuan, Selasa (22/9), saat dihubungi dari Padang Sidimpuan.

Pemanfaatan air bersih, tutur Togar, bisa dilakukan dengan memanfaatkan sumber mata air di sekitar sungai. Warga tidak memanfaatkan air sumur karena tidak biasa mengonsumsinya.

Sesuai pengamatan Kompas dari udara pada akhir pekan lalu, pengungsi banjir mendirikan tenda darurat di perbukitan tidak jauh dari rumah mereka. Sebagian besar dari warga belum kembali ke rumah masing-masing. Mereka masih trauma dengan musibah yang terjadi pada awal pekan lalu, Selasa dini hari.

Banjir bandang di anak Batang (Sungai) Gadis ini menewaskan sembilan orang yang umumnya perempuan dan anak-anak. Mereka yang tewas antara lain Tiapsah (42), Nurasni (48), Raya (26), Togar (1), Segar (8), Rusdi (6), Edi (6), Gumpok (9), dan bayi laki- laki tanpa nama. Adapun korban hilang, yaitu bayi laki-laki bernama Dika (1). Seluruh korban ini berasal dari Desa Lubuk Kapundung I, Kecamatan Muara Batang Gadis.

Infrastruktur rusak


Ada enam desa yang dilanda banjir bandang pada awal pekan lalu. Selain Lubuk Kapundung I, desa yang dilanda banjir antara lain Desa Hutaimbaru, Desa Rantau Panjang, Desa Lubuk Kapundung II, Desa Tagilang Julu, dan Desa Sale Baru.

Banjir juga merusak 1.595 rumah, 3 sekolah dasar, 12 tempat ibadah, 2 jembatan, dan 1.050 hektar area persawahan. TNI, kata Togar, bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana berencana mendirikan sekolah darurat.

Saat ini bantuan baru bisa disalurkan melalui jalur sungai dan udara. Jalur darat belum dapat dilalui karena jalan juga mengalami kerusakan. Bantuan disalurkan melalui udara dengan menggunakan helikopter jenis Bell 412 milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Bantuan dari Padang Sidimpuan ini tidak bisa maksimal karena daya angkut heli terbatas dan cuaca buruk. Bantuan yang disalurkan lewat jalur sungai harus menempuh perjalanan darat ke posko terakhir di Singkuang, 550 kilometer arah tenggara Medan.

Asisten I Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, Amru Rangkuti, menyampaikan, saat ini rumah dan desa belum layak untuk dihuni. Hal ini disebabkan bangkai kayu yang berserakan di sekitar permukiman bisa mengancam terjadinya bencana berikutnya. (NDY)



Post Date : 23 September 2009