Korban Banjir Terserang ISPA

Sumber:Kompas - 03 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Jakarta, Kompas - Sebagian korban banjir di sejumlah daerah di Tanah Air mulai terserang infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, terutama anak di bawah usia lima tahun (balita). Agar kesehatannya tidak memburuk, penanganan kesehatan bagi para pengungsi harus diintensifkan.

"Sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan, petugas kesehatan di puskesmas dan dokter umum di daerah perlu dilibatkan dalam penanganan kesehatan korban banjir," kata Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Herdiman T Pohan saat dihubungi, Rabu (2/1), di Jakarta.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan, hingga kemarin jumlah korban banjir di Provinsi Jawa Tengah yang menderita sakit dan harus dirawat jalan mencapai 7.234 orang, sedangkan jumlah pasien yang dirawat inap 20 orang. Di Jawa Timur, jumlah korban banjir yang dirawat jalan 1.098 orang dan 15 pasien dirawat inap.

"Penyakit yang paling banyak diderita para pengungsi banjir adalah ISPA dan gatal-gatal karena terserang penyakit kulit. Selain itu, banyak korban banjir terkena diare," kata Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Depkes Rustam S Pakaya. Kasus ISPA banyak dijumpai pada pengungsi karena kedinginan, daya tahan tubuh menurun karena tinggal di ruang terbuka, serta stres.

Terkait hal itu, Depkes telah mengirim bantuan berupa beberapa perahu karet, 10 ton makanan pendamping ASI, biskuit, dan biaya operasional bagi dokter dan paramedis di Jawa Timur sebesar Rp 250 juta. Untuk Jateng, Depkes mengirim bantuan sejumlah perahu karet, 15 ton makanan siap saji, 20 ton MP- ASI, dua truk obat-obatan, dan biaya operasional Rp 200 juta.

Herdiman menyatakan, ISPA sebenarnya merupakan penyakit yang secara tidak langsung ditularkan melalui air banjir. Hal ini berbeda dengan penyakit diare, demam kuning (thypoid), dan leptospirosis yang ditularkan melalui air. "Karena tinggal berimpitan di satu tempat pengungsian, terjadi penularan melalui udara antarpengungsi," ujarnya.

Tingginya angka kasus ISPA ini juga disebabkan banyak pengungsi terpaksa menggunakan sumber air yang tercemar dan tidur di tempat terbuka sehingga kedinginan. "Serangan ISPA pada anak-anak perlu diwaspadai karena bisa menimbulkan komplikasi penyakit radang paru yang banyak menyebabkan kematian pada balita," ujarnya. (EVY)



Post Date : 03 Januari 2008