|
Makassar, Kompas - Banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Luwu Utara (500 kilometer utara Makassar) selama tiga pekan belakangan ini membuat sebagian warga kekurangan pangan. Beberapa di antaranya bahkan memutuskan keluar dari lokasi dan mengungsi. Banjir, selain telah merendam rumah dan berbagai fasilitas, juga membenamkan 500 hektar kebun kakao sehingga buah kakao tak bisa dipanen. "Hingga kini di beberapa desa ketinggian air mencapai 1,5 meter, seperti di Desa Lembang-Lembang, Lawewe, Kecamatan Baebunta. Juga di Kecamatan Mappideceng," kata Syahruddin, Kepala Humas Kabupaten Luwu Utara, Rabu (25/4). Banjir yang sudah berlangsung selama tiga pekan, lanjutnya, membuat warga yang tinggal di pelosok kekurangan pangan. "Mereka terpaksa mengungsi. Kami membuat posko pengungsian untuk menampung warga. Untuk sementara mereka tertolong dengan bantuan bahan makanan yang ada di posko," kata Syahruddin lagi. Informasi yang diperoleh, semula warga masih mencoba bertahan di rumah masing-masing dengan persediaan bahan makanan seadanya. Namun, karena banjir berlangsung tiga pekan terus-menerus dan warga kehabisan persediaan bahan makanan, mereka akhirnya mengungsi. Saat ini posko pengungsian ditempatkan di Desa Lembang-Lembang dengan jumlah pengungsi 233 jiwa. Petani rugi Banjir kali ini membuat petani kakao merugi. Dipastikan, karena tanaman kakao terendam selama tiga pekan, buahnya tidak bisa dipanen. "Sejak banjir tiga pekan lalu sudah sekitar 500 hektar kebun kakao yang terendam air. Tampaknya pohon kakaonya sudah rusak dan buahnya juga tidak bisa lagi dipanen. Daun-daun pohon kakao sudah menguning dan membusuk," kata Syahruddin. Banjir di Luwu Utara diperkirakan akan berlangsung lama karena hingga kemarin curah hujan masih tinggi. Menurut perkiraan, curah hujan tetap tinggi hingga Mei mendatang. Selain Luwu Utara, sejumlah desa di Luwu Timur juga mengalami banjir. Namun, banjir di wilayah ini terjadi akibat meluapnya Sungai Rongkong dan Sungai Baliase. Ini merupakan dampak dari rusaknya daerah aliran sungai (DAS) dan hutan di daerah hulu DAS. (Ren) Post Date : 26 April 2007 |