|
BANJARMASIN (Media): Ribuan warga korban banjir di sebagian besar wilayah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) mulai terancam kelaparan. Sejak banjir melanda dua bulan terakhir, bantuan dari Dinas Kesejahteraan Sosial belum sampai ke tangan masyarakat. Ketua Rukun Tetangga (RT) 25 Kelurahan Keraton, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Malikur Rahman, kemarin, mengatakan, warga di wilayahnya terpaksa memakan makanan yang ada di sekitar kampung mereka, seperti pisang dan ubi. "Sejak banjir melanda dua bulan ini kami terpaksa makan apa yang ada di sekitar kami," katanya. Menurut Malikur, akibat banjir warganya yang mayoritas berprofesi sebagai buruh bangunan praktis tidak dapat lagi bekerja. Kini warga RT 25 yang berjumlah sekitar 250 orang itu tidak memiliki bahan makanan dan air bersih. "Sebelumnya kami masih punya tabungan untuk membeli makanan dan air bersih, sekarang kebanyakan dari kami sudah kehabisan uang," ujarnya. Ancaman kelaparan juga mengintai korban banjir di kecamatan lain di kabupaten itu. Hujan terus-menerus mengakibatkan banjir semakin meluas dan merendam 11 kecamatan, yaitu Kecamatan Karang Intan, Kertak Hanyar, Pengaron, Simpang Empat, Gambut, Astambul, Martapura, Sungai Pinang, Sungai Tabuk, Aluh-aluh, dan Kecamatan Cempaka. Banjir diperkirakan menenggelamkan lebih dari 60 desa yang ditempati sekitar 50.000 jiwa. Sementara itu, Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kalsel Umar Akhmad mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan bantuan berupa sembilan bahan pokok (sembako), pakaian, dan tenda. Sedangkan distribusi bantuan tersebut, katanya, menjadi kewenangan pemeritah kabupaten setempat. Pertanian rusak Sedangkan banjir yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) sejak 27 Desember 2003 mengakibatkan sekitar 7.657,5 hektare lahan pertanian rusak. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalbar Fathan A Rasyid, kemarin, lahan yang rusak itu seluas 7.268 hektare di antaranya merupakan lahan tanaman padi, 2.54,5 hektare areal tanaman palawija, dan 114 hektare lahan holtikultura. Menurut Fathan, lahan pertanian yang dipastikan puso akibat bencana tersebut mencapai sekitar 2.466 hektare, terdiri dari 2.415 hektare lahan padi dan 51 hektare lahan tanaman palawija. Sementara yang terancam puso sekitar 3.532 hektare, terdiri dari lahan tanaman padi seluas 3.306 hektare, tanaman palawija sekitar 198 hektare, dan 28 hektare lahan tanaman holtikultura. Akibat banjir ini pula sekitar 7.000 keluarga tidak bisa panen karena lahan pertaniannya karena rusak diterjang banjir. Dari Kendal dilaporkan, penyebab utama terjadinya banjir bandang di 11 desa di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng) adalah kerusakan hutan akibat penebangan dan penambangan liar. Selain itu, juga akibat curah hujan di Pegunungan Ungaran yang cukup tinggi. Menurut Kepala Seksi Pemantauan dan Pemulihan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Kapedalda) Kendal Ichsan Hisjam, kemarin, indikasi kerusakan hutan lindung di Pegunungan Ungaran terlihat dari banyaknya kayu yang hanyut terbawa air pada saat terjadinya banjir bandang. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) mempertimbangkan merelokasi warga Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek, Kota Trenggalek, yang menjadi korban musibah bencana tanah longsor hingga menewaskan satu penduduk. "'Masih dipertimbangkan kemungkinan mereka direlokasi ke wilayah lain. Sebab, untuk relokasi tidak semudah yang dibayangkanm, butuh dana dan tenaga," kata Gubernur Jatim Imam Utomo di Surabaya, kemarin. (DY/AN/AS/FL/N-3) Post Date : 04 Februari 2004 |