|
Lumajang, Kompas - Korban banjir di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, telantar. Hingga Selasa (3/2), sehari setelah banjir melanda kawasan permukiman dan areal pertanian, mereka belum menerima bantuan dari Pemkab Lumajang. Banjir sejak Minggu (1/2), menyusul hujan selama tujuh jam, terjadi di tiga desa di Kecamatan Rowokangkung. Berdasarkan data Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Lumajang, banjir merendam 1.767 rumah, 567 hektar sawah, dan 954 hektar kebun tebu milik PTPN XI. Rabu kemarin banjir telah sedikit surut dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Namun, sebagian besar daerah masih dilanda banjir, dengan ketinggian air di kawasan permukiman 10 sentimeter (cm) hingga 100 cm. Warga di Kecamatan Rowokangkung sama sekali belum mendapatkan bantuan dari Pemkab Lumajang. Bantuan yang tersebar baru dari beberapa calon anggota legislatif. Warga pun sulit melakukan aktivitas karena rumah mereka masih terendam air. Kegiatan memasak air dan makanan dilakukan secara darurat. Banyak warga terpaksa menggunakan air banjir untuk memasak. ”Saya belum mendapat bantuan apa pun. Kami perlu sembako, air bersih, dan nasi bungkus,” kata Rusmiadi (52), korban banjir. Pengungsi banjir di 32 desa di bagian barat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, juga mengeluhkan minimnya pasokan air bersih dan air minum di tempat pengungsian. Mereka meminta agar pemerintah membantu minyak tanah untuk menyalakan lampu karena sebagian lokasi pengungsian belum teraliri listrik. Sifa Yulianti (19), pengungsi di Desa Pahonjean, Kecamatan Majenang, Selasa, mengatakan, sejak banjir merendam rumahnya Minggu malam, dia dan keluarganya belum bisa mandi karena sumur ikut terendam banjir. Kekurangan perahu Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Hari Winarno mengatakan, pihaknya masih kekurangan armada perahu karet. Akibatnya, pasokan bantuan makanan dan obat terlambat. Kepala Subbidang Rehabilitasi Pascabencana BPBD Cilacap Kodirin menambahkan, pasokan air belum bisa menjangkau kawasan pengungsian yang masih terisolasi banjir. ”Mobil penjernih air yang ada belum bisa menembus banjir,” katanya. Banjir di Cilacap menyebabkan lima titik talut sungai jebol, dua cekdam bendungan rusak, dan 1.890 hektar sawah rusak terendam banjir. Pengungsi juga sempat dikagetkan dengan kemunculan lima ekor buaya berukuran 2 meter hingga 3 meter di tengah banjir. Menurut salah seorang pengungsi di Pahonjean, Tarjono (58), buaya-buaya itu datang bersamaan dengan meluapnya Sungai Cikawung. Di Bojonegoro, hingga Selasa sebanyak 114 desa di 15 kecamatan masih terendam. Selain merendam rumah 5.348 keluarga (16.452 jiwa), banjir luapan Bengawan Solo merendam 4.459 hektar tanaman padi, 377 hektar jagung, dan 231 hektar palawija. Kepala Badan Kesbanglinmas Bojonegoro Lukman Wafi menyebutkan, warga yang mengungsi sebanyak 1.202 jiwa, tersebar di Padangan, Kalitidu, Trucuk, dan Bojonegoro kota. Sebanyak 29 SD, 2 TK, 5 masjid, dan 32 mushala juga terendam. Di Kabupaten Pati dan Jepara, Jawa Tengah, tanaman padi yang dinyatakan puso akibat terendam banjir hingga Selasa mencapai 6.717 hektar. Dari Kudus dilaporkan, tanaman padi puso di Kecamatan Undaan sekitar 800 hektar. Banjir menyebabkan pula perajin batik di sentra batik Laweyan, Solo, merugi jutaan rupiah. Produksi batik sempat terhenti. (MKN/LAS/ACI/SIR/MDN/ EKI/SUP/HEN/EKI) Post Date : 04 Februari 2009 |