|
JAKARTA (Media): Sedikitnya 343 orang warga korban banjir mengalami gangguan kesehatan dan dirawat di 45 pos kesehatan yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Abdul Khalik Masulili mengatakan hal itu ketika dihubungi Media di Jakarta, kemarin. Menurut Masulili, korban banjir yang dirawat di pos kesehatan itu belum ada yang dirujuk ke puskesmas maupun rumah sakit umum daerah (RSUD) milik Pemprov DKI Jakarta. Karena, semua pasien bisa diatasi di pos kesehatan yang dilayani masing-masing lima petugas Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan jajaran setiap pos. ''Jumlah personel Dinas Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan di lima wilayah yang dikerahkan sebanyak 225 orang termasuk dokter untuk menangani pasien-pasien akibat banjir di 45 pos kesehatan tersebar di lima wilayah kota madya,'' ujar Masulili sambil menambahkan, data ini sesuai laporan dari 45 pos kesehatan ke Pos Pengendalian dan Dukungan Kesehatan (Posdaldukes) Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Menurut Masulili, setiap pasien korban banjir bila ada yang dirujuk ke puskesmas maupun rumah sakit, terutama keluarga tidak mampu, akan digratiskan untuk kelas III. Sampai kemarin, lanjutnya, pihaknya belum menerima laporan adanya pasien dari pos kesehatan yang dirujuk ke puskesmas maupun rumah sakit. ''Semua pasien bisa ditangani di posko.'' Berdasarkan data terakhir sampai kemarin siang dari Crisis Centre Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) DKI Jakarta, jumlah pengungsi korban banjir sebanyak 3.123 orang tersebar di tiga wilayah kota madya. Rinciannya, di wilayah Jakarta Timur, Kelurahan Kampung Melayu, 465 orang; Kelurahan Cawang, 132 orang; dan Kelurahan Rawa Teratai, 200 orang. Di Jakarta Selatan, Kelurahan Bintaro, 1.148 orang; Kelurahan Ulujami, 283 orang; Kelurahan Rawajati, 90 orang dan Kelurahan Pesanggrahan, 528 orang. Sedangkan Jakarta Barat, Kelurahan Tegal Alur, 277 orang. Kembali mengungsi Sementara itu, warga di beberapa RW Kelurahan Balimester dan Kampung Melayu, Jakarta Timur, kembali ke tempat pengungsian setelah banjir mulai datang sekitar pukul 10.30 WIB, kemarin. Sebelumnya, mereka kembali ke rumahnya masing-masing setelah banjir sudah surut. Berdasarkan pengamatan Media di lokasi, ketinggian air yang mencapai 1,5 meter tersebut terjadi akibat meluapnya Sungai Ciliwung. Air bah itu berwarna cokelat tua dan mengalir deras. Lurah Balimester Lutfi mengungkapkan, banjir terparah terjadi di RW 23. "Di sana, genangan air mencapai 1,5 meter," ungkapnya ketika ditemui, kemarin. Menurut salah seorang pengungsi, Jamal, datangnya banjir bandang tersebut terbilang mendadak. Pasalnya, sejak Sabtu (22/1), hujan tidak turun terlalu deras di kawasan tersebut. Akibatnya, sejumlah warga yang mengungsi sedikit mengalami kesulitan melewati genangan air tersebut. Walaupun demikian, belum ada informasi mengenai korban hanyut. "Kita mengira tidak lagi banjir karena sudah dua hari hujannya tidak terlalu deras. Nggak tahunya air naik lagi," katanya. Sementara itu, Pimpinan Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai (PBPP) Ciliwung-Cisadane Bambang Sucipto mengatakan, ketinggian air di pintu air Manggarai pukul 17.00 WIB kemarin, sekitar 850 cm atau dalam kondisi siaga II. Saat banjir menggenangi DKI Jakarta pertengahan minggu lalu, ketinggiannya mencapai 930 cm. "Kondisinya sudah normal. Namun, persoalannya pada sampah yang ada di pintu air akibat banjir beberapa hari lalu," paparnya. Begitu juga, tambahnya, kondisi air di Bendung Katulampa yang ketinggiannya sekitar 60 cm dan Depok sekitar 145 cm. "Artinya, kondisinya normal. Apalagi hujan juga tidak turun," ungkapnya. Mengenai banjir yang menimpa kawasan Kampung Melayu, Bambang menjelaskan, kejadian itu merupakan hal yang lumrah. Hal ini mengingat lokasi rumah di sana yang terletak di bantaran sungai. "Jika airnya naik sedikit langsung meluap," katanya. (Ssr/DC/*/J-2) Post Date : 24 Januari 2005 |