Korban Banjir Mulai Terserang Penyakit

Sumber:Kompas - 17 September 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Pekanbaru, Kompas - Banjir yang melanda Kota Pekanbaru, Riau, sepekan terakhir mulai mengganggu kesehatan warga. Data Posko Kesehatan Dinas Kesehatan Pekanbaru menunjukkan, 186 orang terkena infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, diare, gatal-gatal, dan penyakit lain.

”Hari Minggu dan Senin jumlah pasien mencapai 162 orang, tetapi hari ini menurun,” ujar Hanim, petugas kesehatan di Posko Kesehatan Dinas Kesehatan Pekanbaru, Selasa (16/9).

Adapun data Posko Kesehatan Rumah Sakit Eka Pekanbaru di lokasi banjir, hari Selasa sampai pukul 14.00, jumlah pasien mencapai 70 orang. ”Sebagian besar pasien terkena ISPA dan penyakit kulit. Pasien umumnya anak- anak dan perempuan dewasa,” ujar dr Mardiana di Posko Kesehatan Rumah Sakit Eka Pekanbaru.

Di lapangan, permukaan air mulai menurun 10 sentimeter hingga 30 sentimeter dibandingkan dengan hari Senin. Warna air banjir menjadi coklat kehitaman. Meski demikian, banyak anak berenang di air banjir.

Kembali ke rumah

Tenda pengungsi masih dipenuhi oleh warga yang rumahnya terendam air. Namun, beberapa keluarga memutuskan kembali ke rumah karena air mulai surut.

”Di rumah, air masih sebetis, tetapi saya memilih pulang karena di tenda dingin kalau malam dan banyak nyamuk,” ujar Murni saat membawa anaknya, Ningsih (5), ke Posko Kesehatan Dinas Kesehatan Pekanbaru karena penyakit ISPA.

Kepala Subdinas Bantuan Sosial Dinas Sosial Pekanbaru Abdul Kodir menyatakan, permukaan air Sungai Siak hari Selasa mencapai 3,3 meter di atas permukaan laut dan masuk kategori awas. Ketinggian banjir rata-rata masih 1,5 meter. ”Daerah banjir terparah saat ini adalah Kecamatan Palas,” ujar Kodir.

Kodir menambahkan, Dinas Sosial Pekanbaru telah menyalurkan 10 ton beras kepada para korban banjir. Pihaknya juga telah membuka 12 posko pengungsian di lokasi.

Gubernur Riau Wan Abubakar yang mengunjungi korban banjir kemarin memberi dua alternatif solusi kepada warga yang kebanjiran. Pertama, agar penduduk mau direlokasi atau pindah dari wilayah rawan banjir itu. Kedua, membangun rumah panggung.

”Kalau tak mau direlokasi, seharusnya penduduk di lokasi rawan banjir membangun rumah panggung seperti rumah penduduk di masa lalu,” ujarnya. (SAH)



Post Date : 17 September 2008