Korban Banjir Mulai Terserang Penyakit

Sumber:Kompas - 16 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Sendawar, Kompas - Korban banjir akibat meluapnya Sungai Mahakam di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, mulai terserang berbagai penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut, diare, dan gatal-gatal. Sementara itu, kegiatan belajar-mengajar di sejumlah sekolah masih lumpuh karena bangunan sekolah terendam air yang melanda 19 kecamatan dari 21 kecamatan di Kabupaten Kutai Barat.

Sampai Jumat (15/4) siang, banjir yang melanda Kabupaten Kutai Barat perlahan-lahan mulai surut meski arus Sungai Mahakam masih sangat deras. Air Sungai Mahakam, yang semula menggenangi bagian dalam rumah panggung hingga setinggi dua meter, kini di beberapa bagian hanya tinggal menggenangi bagian pekarangan rumah serta jalan-jalan.

Penduduk yang semula mengungsi ke perbukitan dan berhari-hari menginap di tenda-tenda darurat, sebagian mulai kembali ke rumah masing- masing. Sejumlah penduduk juga mulai membersihkan rumah mereka, yang umumnya berupa rumah panggung kayu, dari genangan lumpur. Sebagian di antara mereka bahkan mulai menjemur barang-barang yang terendam air, terutama kasur, kursi, dan pakaian.

Begitupun rumah sakit di Kecamatan Tering yang semula terendam air dan pasiennya diungsikan, sekarang mulai dibersihkan. Perabotan yang terendam air juga mulai dijemur.

Hanya saja, seiring dengan surutnya genangan air, masyarakat mulai terserang berbagai penyakit, terutama penyakit kulit, diare, dan infeksi saluran pernapasan akut. Keluhan penyakit tersebut hampir terjadi di semua kecamatan yang dilanda banjir.

Suharyono, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insan Sendawar, mengatakan, jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit akibat bencana banjir belum mengalami lonjakan yang mencolok.

Sementara itu, Wakil Bupati Kutai Barat Ismael Thomas mengatakan, semua tim medis tidak diperkenankan meninggalkan tempat tugas dan harus mengutamakan pelayanan kepada masyarakat selama banjir berlangsung.

Banjir di hilir

Jika di bagian hulu Sungai Mahakam banjir perlahan-lahan mulai surut, di bagian hilir sungai sepanjang 980 kilometer tersebut kini justru mulai terjadi banjir.

Berdasarkan pemantauan dari udara, genangan air akibat meluapnya Sungai Mahakam tersebut kini bergerak ke kecamatan-kecamatan di bagian hilir, seperti Kecamatan Kotabangun dan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Bahkan di Tenggarong yang jaraknya sekitar 300 kilometer dari Sendawar, tanpa hujan sedikit pun tiba-tiba saja permukaan air Sungai Mahakam naik dan menggenangi kawasan sekitarnya.

Ismael Thomas mengatakan, banjir di bagian hulu Sungai Mahakam seperti sekarang ini paling besar dalam sejarah. Biasanya permukaan air Sungai Mahakam memang naik setiap lima tahun, tetapi tidak sampai menyebabkan banjir seperti sekarang ini.

"Banjir sekarang ini disebabkan hutan di bagian hulu habis dibabat perusahaan-perusahaan besar," kata Ismael Thomas.

Konsumsi air banjir

Sementara warga yang berada di tepian Sungai Barito, Kalimantan Selatan, yang sudah direndam air banjir kiriman dari hulu Sungai Barito selama dua pekan, kini terpaksa mengonsumsi air banjir karena air sumur ikut terendam. Padahal, air banjir kiriman itu merupakan gelontoran limbah dari bagian hulu yang mengandung logam berat, terutama merkuri, karena di sana bertebaran ribuan tambang emas rakyat.

Warga Desa Jambu Baru, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Nasrullah, kepada Kompas, Jumat, mengatakan, saat ini warga sangat membutuhkan bantuan makanan. "Selain bantuan makanan, kami juga membutuhkan perlengkapan masak, seperti minyak tanah dan kompor," katanya.

Kecamatan Kuripan merupakan kecamatan terpencil yang lebih dekat ke Kalimantan Tengah (hanya dibatasi Sungai Barito) daripada ke Kalsel. Untuk mencapai ibu kota kabupaten, yaitu Marabahan, warga harus menggunakan perahu kelotok selama empat jam.

Direktur Eksekutif Center for Research Development Studies Kalimantan Setia Budhi, yang juga warga Jambu Baru, Kecamatan Kuripan, yang rumahnya terendam air, mengatakan, warga tidak hanya kesulitan bahan makanan, tetapi juga air bersih.(AMR/THY)

Post Date : 16 April 2005