|
SITUBONDO, KOMPAS - Hari kedua pascabencana banjir bandang yang menimpa Kabupaten Situbondo, Minggu (10/2), warga masih disibukkan dengan membersihkan rumah dan perabotan yang terkena lumpur. Akibatnya, mereka bergantung pada bantuan makanan siap santap. Warga Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Panji, misalnya, sejak pagi sibuk membersihkan lumpur dan sampah yang menumpuk di halaman rumah mereka. Warga di desa itu belum mendapat bantuan pangan dari pemerintah. Menurut salah satu warga desa itu, Murniati (53), mereka mendapat nasi bungkus dan air dalam kemasan dari sanak saudara dan kenalan. Kompor milik Murniati rusak terendam air sehingga tidak dapat digunakan. Nasib lebih buruk menimpa Yeni, tetangga Murniati. Rumahnya rata dengan tanah. Zakariah (50), warga Jalan Basuki Rachmat, masih sanggup membeli nasi bungkus untuk lima anggota keluarganya. Namun, Minggu pagi, ia kesulitan mendapatkan air minum. Persediaan di toko langganannya habis. Saat banjir melanda, pasokan air dari PDAM sempat terputus. Air bersih baru mengalir kembali Minggu siang. Untuk daerah yang saluran pipa air bersihnya rusak akibat banjir, pasokan air masih dihentikan. Untuk mengatasi, kami mendirikan tandon air di daerah itu, ujar Bupati Situbondo Ismunarso. Untuk membantu warga memenuhi kebutuhan pangan, pemerintah daerah melalui dapur umum di pendopo kabupaten mengirim 3.000 nasi bungkus ke lokasi bencana tiap hari untuk tiga kali makan. Dalam satu hari beras yang dimasak mencapai 3 kuintal, kata koordinator dapur umum, Rahmat Yulianto. Untuk mendapat kiriman nasi bungkus, perwakilan dari tiap daerah terdampak bencana harus menyerahkan data berupa alamat lengkap dan jumlah warga. Masa tanam mundur Sementara itu, sebagian petani di pesisir utara Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terpaksa menunda penanaman padi karena sawahnya terendam banjir. Bibit dibiarkan tumbuh di persemaian meski telah berusia lebih dari 30 hari. Kondisi itu antara lain terjadi di Desa Pusakajaya Utara, Pusakajaya Selatan, Kosambibatu, Tanjungsari, dan Kertamukti, Kecamatan Cilebar. Juga di Desa Labanjaya, Kecamatan Pedes, Desa Tanjungjaya, Pancakarya, Pagadungan, serta Purwajaya, Kecamatan Tempuran. Areal sawah yang terendam diperkirakan mencapai ratusan hektar. Sebagian petani di daerah itu baru usai menanam. Sebagian lainnya belum memindahkan bibit dari persemaian. (A07/MKN) Post Date : 11 Februari 2008 |