|
Makassar, Kompas - Ribuan korban banjir di Kabupaten Luwu Utara saat ini terserang berbagai penyakit seperti diare, penyakit kulit, dan infeksi saluran pernapasan akut. Syahruddin, Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Kamis (20/6), menetapkan Kecamatan Baebunta sebagai daerah kejadian luar biasa (KLB). Di Kecamatan itu 461 orang terserang ISPA dan 378 orang diare. Umumnya anak balita yang terserang penyakit ini. Banjir yang berbulan-bulan terjadi menyebabkan kerugian material sekitar Rp 197 miliar. Pemerintah setempat berupaya memberi pengobatan gratis dan bantuan obat-obatan. "Juga makanan pendamping ASI dan susu untuk bayi dan anak balita," jelasnya. Banjir kali ini dinilai terparah. Area yang terendam kian luas dengan ketinggian air 50 cm-3 meter dan datang-pergi sejak Januari. Yang terakhir, sepekan lamanya, merendam sedikitnya lima kecamatan dengan 23 desa. Sebanyak 3.360 rumah tinggal, 9 sekolah, 19 sarana ibadah, 4 puskesmas pembantu, 904 hektar lahan sawah, 959 lahan jagung, dan 2.254 hektar kebun kakao terendam. Sementara itu, 13 jembatan dan 850 meter jalan rusak, serta 18 titik tanggul jebol. M Kadar dari Forum Peduli Umat mengatakan, "Banjir ini sejak beberapa tahun selalu datang. Harusnya sudah dilakukan penanganan menyeluruh seperti relokasi, penghijauan hulu sungai. Dana untuk bantuan korban banjir dari pusat juga cukup besar. Tahun ini sekitar Rp 66,9 miliar. Terkesan, banjir ini sengaja dibiarkan untuk mendapatkan dana pusat," kata Kadar. Di Kabupaten Luwu Utara banjir disebabkan meluapnya sungai-sungai besar. Beberapa sungai besar di Luwu Utara antara lain Sungai Rongkong dan Baliase. Luapan disebabkan kerusakan hutan di hulu dan sepanjang daerah aliran sungai. (Ren) Post Date : 22 Juni 2007 |