Korban Banjir Krisis Air Bersih

Sumber:Koran Sindo - 26 April 2008
Kategori:Air Minum

MAKALE(SINDO) – Pasca banjir dan tanah longsor di Kec Rembon,Kab Tana Toraja Minggu malam (20/4) lalu membuat 350 warga kesulitan air bersih.

Ke-350 KK tersebut terdapat di dua lembang yakni Lembang Sarapean dan Lembang Banga serta dua kelurahan yakni Rembon dan kelurahan Talion. Daerah-daerah tersebut kesulitan mendapatkan air bersih. Ja r i n g a n pipa PDAM yang ada di Kecamatan Rembonrusakakibat bencana alam yang menimpa daerah tersebut. Kini jaringan air tidak berfungsi dan belum diperbaiki.

K e n d a t i pihak PDAM sudah menyalurkan air bersih dengan menggunakan tangki ke lokasi bencana, penyaluran air tetap belum maksimal. PDAM hanya mengerahkan satu mobil tangki dan hanya menjatah 20-40 liter per hari untuk setiap KK.

”Terpaksa untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti mandi dan cuci terpaksa menggunakan air sungai,” kata Wati,29,seorangibu rumah tangga warga kelurahan Rembon. Petugas PDAM cabang Rembon, Yuli mengatakan, jumlah pelanggan PDAM di Kecamatan Rembon sebanyak 350 pelanggan.

Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, PDAM mengerahkan satu unit mobil tangki untuk menyuplai air bersih ke warga. ”Mobil tangki kita kerahkan setiap pagi dan sore, itupun jatah setiap KK dibatasi hanya 20-40 liter air akibat keterbatasan mobil tangki,”katanya.

Camat Rembon, Tri Boys Dualembang mengatakan, PDAM kabupaten bersama PDAM Provinsi Sulsel sudah meninjau jaringan pipa air bersih yang rusak.Dia berjanji dalam waktu dekat segera memperbaiki pipa yang rusak agar warga kembali dapat menikmati air bersih. ”Untuk sementara kita hanya memanfaatkan mobil tangki untuk memenuhi kebutuhan air bersih ke warga,” katanya.

Tri Boys juga mengatakan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Tator telah mengerahkan alat-alat berat untuk memperbaiki saranasarana umum terutama jalanjalan yang tertimbun longsor. Kondisi yang sama juga terjadi di Lembang Bua Tarrung di kecamatan Rembon. Daerah tersebut masih terisolir akibat bencana alam yang terjadi Minggu malam (20/4) lalu. Belumadaakseskendaraan yang bisa menjangkau desa tersebut.

Parahnya lagi, 50 warga lembang Bua Tarrung yang rumahnya terancam longsor, kondisinya sangat memprihatinkan. Mereka masih mengungsiditenda- tendadarurat yang didirikan warga di lembang Batusura. Ketua Badan Permusyawaratan Lembang (BPL) Lembang Bua Tarrung, Pither Palalangan mengatakan, pada siang hari warga berada di tendatenda yang didirikan secara swadaya di lembang Batusura.

Sedangkan pada malam hari warga tidur di rumah kerabatnya masing-masing karena trauma dan takut adanya bencana alam susulan. Pither mengatakan, satusatunya jembatan yang menghubungkan lembang Bua Tarrung dengan Lembang Batusura terputus.Dia juga mengatakan, kebutuhan yang paling mendesak yang diperlukan warga Lembang Bua Tarrung berupa pangan.

Saat ini, bantuan yang diterima warga baik dari pemerintah maupun donatur sangat minim. Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja diwakili Kepala Biro Informasi komunikasi BPS Gereja Toraja Cornelius Patulak Senda meninjau lokasi bencana.

Menurut dia, upaya ini merupakan bagian dari bagian pelayanan Gereja Toraja kepada warga yang terkena. Nantinya,BPS mengupayakan menggarap bantuan dengan bekerja sama dengan lembaga diakonia anggota jemaat Gereja Toraja dalam membantu warga. Cornelius juga mengimbau kepada pemerintah agar lebih optimal untuk memperhatikan warga yang terkena bencana.

”Kondisi warga sangat memprihatinkan dan kami minta pemerintah agar serius menangani masalah ini karena ini masalah kemanusiaan,” katanya. Sementara itu, pencarian korban, Rante, 16, yang hilang saat terjadinya bencana alam masih terus dilakukan. Dari pantuan di lokasi bencana, pencarian korban dilakukan kerabat korban dibantu warga setempat.

Tidak terlihat pihak kepolisian dalam pencaharian tersebut dan hanya dua anggota TNI yang ikut membantu pencaharian korban. Pendeta Gereja Toraja Jemaat Batusura, Yohanis Linggi mewakili keluarga korban mengatakan, bila korban tidak ditemukan sampai hari Senin maka pencaharian korban dihentikan. (joni lembang) 



Post Date : 26 April 2008