SITUBONDO-Hampir setahun ditempati, fasilitas di perumahan relokasi korban banjir di Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, masih memprihatinkan. Hingga Selasa (01/12) kemarin, ratusan kepala keluarga (KK) yang tinggal di perumahan tersebut masih dibikin kelimpungan. Salah satunya, karena sarana air bersih yang sudah lama dijanjikan tak kunjung bisa dinikmati. Warga tetap harus memeras keringat untuk mendapatkan air bersih.
Tak hanya air bersih. Fasilitas penerangan di perumahan relokasi korban banjir juga masih sangat terbatas. Untuk penerangan, hingga kini warga tetap mengandalkan saluran dari kantor Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Situbondo, karena lokasinya berdekatan. Meski begitu, warga hanya boleh menggunakan 25 watt. "Tidak boleh lebih dari 25 watt," kata Ely, salah seorang warga setempat, kemarin.
Untuk penyambungan saluran lampu, tentu saja tidak gratis. Warga dipungut iuran Rp 20 ribu per bulan. Padahal, penggunaan lampu oleh warga sangat terbatas. Untuk menikmati tayangan televisi, misalnya. Warga hanya diperbolehkan menghidupkan televisi di rumahnya pada siang hari. Pada malam hari, televisi harus dimatikan.
Sementara untuk kebutuhan air bersih, warga juga mengandalkan suplai air dari DBMP Situbondo. Namanya saja mengampung, tentu juga sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebanyak 130 KK di perum relokasi, hanya ada satu selang air. Dari satu selang itulah, warga mencukupi air bersih; mulai mandi, mencuci, hingga minum. "Kalau antrean itu sudah biasa. Bayangkan saja, satu selang untuk 130 KK," ujar warga lain.
Yang memprihatinkan lagi, posisi selang yang masuk ke area relokasi justru berada di lokasi terbuka. Praktis, di tempat terbuka itulah warga biasa mandi dan menimba air. Antrean juga biasa terjadi, karena suplai air dari DBMP dibatasi. Setiap pukul 14.00-17.00, air distop untuk kepentingan menyiram tanaman di kantor DBMP. Warga pun harus giliran menggulung selang sepanjang 25 meter untuk dialihkan ke kantor DBMP. "Tapi ini sudah mendingan. Awalnya warga tiap hari harus beli. Untuk enam jerigen air, harganya Rp 6.500," tutur Ely lagi.
Pantauan koran ini menyebutkan, rencana suplai air bersih ke perumahan relokasi sebenarnya sudah siap. Pihak pelaksana sudah menyelesaikan proyek pemasangan jaringan pipa sejak 27 November lalu. Untuk proyek penyediaan dan pengelolaan air bersih di relokasi itu, dananya disiapkan DAU senilai Rp 159,2 juta. Bahkan, meteran air di tiap rumah sudah tersedia.
Beberapa hari lalu, jaringan pipa itu sudah sempat diuji coba. Air bersih mengalir lancar, meski tak lebih dari sepekan saja. Setelah itu, air bersih mampet lagi. Suplai air bersih kembali dimatikan karena debit air di bagian bawah perumahan relokasi itu cukup kecil. "Akibatnya, kalau saluran ke perumahan dihidupkan, bagian bawah tidak kebagian air. Kita katanya masih menunggu penambahan daya listrik," tukas warga lain.
Kepala Dinas Cipta Karya Situbondo Tutik Margiyanti membenarkan bahwa jaringan pipa baru di area relokasi sebenarnya sudah selesai. Proses berikutnya, dilanjutkan dengan pendaftaran atas nama penghuni. Saat ini, papar dia, PDAM tinggal menunggu penambahan daya listrik untuk menyuplai air ke perum relokasi banjir. "Tim independen PLN sudah mengecek kelayakan dan keselamatan. Semoga dalam waktu cepat sudah bisa disambung oleh PLN," paparnya kepada RaBa. (gaz/aif)
Post Date : 02 Desember 2009
|