|
Pontianak, Kompas - Sekitar 25.000 warga korban banjir yang menghuni 5.000 rumah di 11 kecamatan di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, saat ini kekurangan pangan. Kondisi itu terjadi karena warga sulit mendapat bahan makanan setelah permukiman mereka satu pekan ini dikepung banjir. Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kalbar Kadir Ubbe mengungkapkan itu di Pontianak, Kamis (11/9). Kesulitan pangan yang dialami ribuan korban banjir itu diketahui setelah ia menerima surat dari Wakil Bupati Melawi Firman Muntaco pada 9 September 2008. Dalam surat itu disebutkan, ribuan warga kekurangan pangan karena sebagian besar rumah mereka tergenang dan terisolasi akibat kepungan banjir. ”Banjir terparah terjadi di sebagian Nanga Pinoh, ibu kota Melawi. Pada Rabu malam, banjir yang semula lebih dari satu meter kini tinggal 80 sentimeter,” kata Kadir. Pemerintah Provinsi Kalbar telah mengirim bantuan berupa 5 ton beras, minyak goreng, mi instan, kecap, sarden, pakaian, dan selimut. Bantuan dikirim ke Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) Melawi. Dua tenda peleton, satu tenda regu, dan perahu sudah dikirim. Di Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu yang juga dilanda banjir, menurut Kadir, dapat diatasi Satkorlak PB karena cadangan beras masih mencukupi. Banjir di tiga kabupaten itu pun merendam sebagian lahan pertanian. Kepala Dinas Pertanian Kalbar Hazairin menyebutkan, pihaknya belum menerima laporan mengenai luas lahan yang terendam banjir dan kerugian yang diderita petani yang lahannya puso. Di Kalimantan Tengah, banjir yang melanda Kabupaten Katingan sampai Kamis masih merendam lima kecamatan dengan ketinggian 2 meter. Waspadai longsor susulan Di Desa Amahusu, Ambon, Provinsi Maluku, material tanah, batu, dan lumpur yang Rabu lalu menimbun 42 rumah berpotensi longsor kembali. Timbunan material di alur lembah masih labil dan lembek sehingga rawan menjadi aliran massa tanah jika hujan turun lebat. Tanah longsor dan banjir bandang melanda Desa Amahusu dan Latuhalat di Kota Ambon, Rabu pukul 07.00. Sebanyak 4 orang tewas, 5 orang luka-luka, dan 10 rumah rusak berat. Bencana ini terjadi saat hujan lebat mengguyur Ambon (Kompas, 11/9). Warga di sekitar lokasi bencana, Kamis, berharap timbunan segera dikeruk demi menghindari bencana susulan. Di Dusun Westopong dan Wakan, material longsoran menimbun puluhan rumah hingga hanya kelihatan atapnya. Ketebalan timbunan sekitar 1-4 meter. Salah satu rumah milik J Pesurnai (54), warga Westopong, rusak tertimpa batang pohon besar yang terbawa aliran longsor. Pohon itu terbawa dari lereng atas bukit yang longsor. Di Sumatera Selatan, warga korban gempa di Kecamatan Jarai dan Muara Payang, Kabupaten Lahat, Kamis, mulai melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, mereka belum berani tinggal di rumah. Anak-anak pun sudah kembali bersekolah. ”Kami sudah kembali berkebun, tetapi untuk tinggal di rumah belum berani. Kami merasa lebih tenang tinggal di tenda,” kata Rateni, warga Desa Sadan, Kecamatan Jarai. (why/cas/ang/wad) Post Date : 12 September 2008 |