Korban Banjir di Sulsel Masih Terisolasi

Sumber:Kompas - 11 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Masamba, Kompas - Sejumlah kawasan yang diterjang banjir di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, sampai hari ke-10, Minggu (10/4), masih terendam air. Di beberapa kawasan air bahkan belum surut sehingga masih ada desa yang ketinggian airnya mencapai satu meter.

Akibatnya, sejumlah desa terisolasi dan tak bisa ditembus dari luar. Warga desa yang bersangkutan mulai kesulitan akan kebutuhan pokok sehari-hari.

Dua desa yang terisolasi adalah Desa Lawewe dan Lembang-lembang di Kecamatan Baebunta. Kedua desa itu masih belum bisa ditembus melalui jalan darat. Untuk ke kawasan itu warga harus menggunakan perahu katinting.

Sementara di sebagian Desa Beringin Jaya dan Lara, juga di kecamatan yang sama, serta Desa Tamuku dan Batangtongka, hamparan kebun-kebun kakao masih tergenang air setinggi hingga satu meter.

Di kawasan yang semula merupakan hamparan kebun-kebun jeruk dan lahan tanaman padi serta empang-empang itu kini sepanjang mata memandang hanya genangan air yang terlihat. Malah, jalan desa yang dilalui Kompas di beberapa kawasan di Batangtongka terendam air setinggi 30 sentimeter.

"Memang masih ada lokasi yang terisolasi, seperti Lawewe dan Lembang-lembang," ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu Utara Andi Chaerul Pangerang di kantornya di Masamba, Minggu.

Kepala Desa Beringin Jaya M Nawir kepada Kompas Sabtu malam menambahkan, "Jalan dan jembatan sudah putus. Kendaraan Bapak hanya bisa sampai di sini (kantor desa-Red). Untuk pergi ke Lembang-lembang kita harus naik perahu."

Karena kondisi itulah, menurut Camat Baebunta Muh Asyir, cukup sulit untuk menembus dengan cepat kawasan- kawasan yang terisolasi itu. Padahal, di desa-desa tersebut kini ribuan warga boleh dikatakan tak berkutik. Bukan hanya aktivitas sehari-hari, untuk bertahan hidup di tengah musibah banjir itu pun sulit.

Di Beringin Jaya sekitar tiga perempat jumlah penduduknya terendam, yaitu 1.200 jiwa dengan 450 keluarga. Di Lawewe sekitar 1.100 jiwa (275 keluarga), Lembang-lembang sebanyak 2.109 jiwa (349 keluarga), dan Lara yang terkena cuma satu dusun dengan penduduk sekitar 380 jiwa (95 keluarga).

Selain itu, ribuan hektar perkebunan dan sawah juga tergenang air selama berhari-hari. Para petani menyangsikan tanaman tersebut masih hidup. Tanaman yang dipastikan mati adalah kakao, jeruk, padi, kedelai, dan sebagainya. Sampai kini Pemerintah Kabupaten Luwu Utara masih melakukan pendataan di lapangan mengenai berapa luas areal yang tergenang.

Menurut Chaerul Pangerang, di daerah-daerah yang tergenang air, hamparan perkebunan kira-kira seluas 15.000 hektar lahan perkebunan kakao, 12.000 hektar lahan perkebunan jeruk, dan sekitar 1.000 hektar lahan persawahan.

"Kira-kira tiga perempat dari areal itu tergenang banjir," ujar Chaerul, yang juga Ketua Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Luwu Utara.

"Sudah tidak bisa panen lagi, semua kebun kakao milik saya tergenang air berhari-hari," kata Wahyuddin, Kepala Desa Lawewe.

Berlangsung lama

Banjir yang melanda akibat meluapnya Sungai Rongkong dan Baliase ini menyebabkan delapan dari 11 kecamatan di Kabupaten Luwu Utara terendam. Hanya tiga kecamatan yang selamat karena posisinya di dataran tinggi, sedangkan desa yang terendam sebanyak 51 desa.

Menurut laporan Chaerul Pangerang kepada Gubernur Sulsel pekan lalu, desa-desa yang dilanda banjir itu dihuni sebanyak 24.948 jiwa (6.237 keluarga). "Merekalah yang membutuhkan bantuan darurat," katanya.

Para warga pun mengakui bahwa bantuan, terutama pangan, memang amat dibutuhkan. Saat ini persediaan barang-barang kebutuhan sehari- hari makin menipis. Beras yang jadi persediaan di rumah warga banyak yang berubah warna menjadi kuning karena terendam air. Apalagi banjir ini diperkirakan berlangsung lama.

"Air bisa lama surutnya. Sebetulnya di sini pernah jadi langganan banjir, tetapi tahun ini cukup parah. Makanya warga sebetulnya sudah sedia. Misalnya, saya sendiri sudah menyiapkan katinting di depan rumah," tutur Ngari Harsono, tokoh masyarakat di Beringin Jaya.

"Bahkan saya perkirakan air (banjir) bisa sampai bulan delapan (Agustus). Soalnya, air tidak surut-surut. Kalau di bagian hulu turun hujan, di sini pasti banjir," kata M Nawir menambahkan. (ssd)



Post Date : 11 April 2005