|
BLITAR (Media): Korban jiwa akibat bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Jawa Timur terus bertambah. Hingga kemarin jumlah korban tewas telah mencapai 14 orang, setelah tiga korban lagi ditemukan di daerah Blitar. Data di Posko Penanggulangan Banjir Blitar, Jawa Timur, kemarin menyebutkan, korban yang tewas sejak banjir melanda pada Jumat (3/12) malam terdiri atas enam orang dari Kecamatan Kademangan, Blitar, lima orang dari Kecamatan Sutojayan, dan seorang lagi dari Kecamatan Wonotirto. Dua di antara para korban ini belum teridentifikasi. Sedangkan di Mojoroto, Kediri, banjir menelan satu korban jiwa dan satu lainnya tewas di Pacitan. Hasil inventarisasi sementara menyebutkan, banjir bandang itu juga menyebabkan 112 rumah warga Blitar roboh. Selain itu sedikitnya 30 jalur jalan sepanjang sekitar 25 km rusak parah dan sejumlah jembatan rusak. Sementara itu lahan pertanian yang rusak tercatat 1.796 ha dengan kerugian senilai Rp2,4 miliar. Sedangkan menurut Pemkab Blitar, total kerugian akibat banjir terburuk dalam 50 tahun terakhir ini diperkirakan mencapai Rp26,6 miliar. ''Ini belum termasuk harta benda milik penduduk yang menjadi korban,'' kata Kabag Humas Pemkab Blitar Didik Bintoro kepada pers kemarin. Sebagian besar warga dilaporkan masih mengungsi. Dan, aliran listrik di sejumlah daerah juga masih terputus. Didik mengatakan, pemkab telah mendirikan dapur umum, posko kesehatan, serta mendirikan satuan pelaksana penanggulangan bencana. Selain itu, dalam waktu dekat pemerintah juga akan mengambil langkah penanggulangan pascabencana. Yakni pengerukan sungai-sungai yang berfungsi menampung air hujan, serta melakukan reboisasi. Sementara itu di posko-posko darurat, para pengungsi masih belum kembali ke rumah. Sebagian dari mereka masih mengkhawatirkan datangnya banjir susulan. Sedangkan sebagian lainnya tidak pulang karena rumah mereka sudah hancur. Posko Penanggulangan Banjir Blitar hingga kemarin mencatat sekitar 24.000 warga mengungsi. Sebagian di antara mereka memilih mengungsi di tempat yang tidak jauh dari rumah-rumah mereka yang rusak. Mereka memilih tidur dan istirahat di atas papan, meja, atau kursi di jalan-jalan di sekitar rumah, sambil mengawasi harta mereka dari tangan-tangan jahil. Kepada Gubernur Jawa Timur Imam Utomo yang kemarin mengunjungi lokasi banjir di Blitar, sejumlah warga meminta agar pemerintah segera memperhatikan pengadaan air bersih. Mereka juga meminta agar bantuan yang diberikan dalam bentuk makanan jadi, karena mereka kesulitan mengolah makanan. Dalam kunjungan tersebut Gubernur memberikan bantuan berupa 10 ton beras, 500 selimut dan 500 kg gula. Mengenai penanganan pascabanjir, Imam Utomo berjanji akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Karena, pemda tidak akan mampu menanggung seluruh kerugian yang cukup besar akibat banjir ini. Ancaman lahar dingin Sementara itu, ancaman banjir lahar dingin kini menghantui warga di sekitar Gunung Kelud (Kediri, Jombang, dan Blitar) pascabanjir bandang ini. Lahar dingin ini berasal dari sisa material yang tertinggal di kawah dan lereng Gunung Kelud pascaletusan terakhir pada 1990. Di tiga kabupaten itu terdapat sekitar 10 sungai yang menjadi daerah aliran langsung bila banjir lahar dari Gunung Kelud terjadi. Sungai-sungai itu melewati sekitar 50 desa padat penduduk, yang saat letusan Gunung Kelud lalu ditetapkan sebagai desa kategori Siaga Bahaya. Asisten Perencanaan Bagian Program Pengendalian Banjir Lahar Gunung Kelud (Bangpro Kelud) Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah di Kediri Sujadi mengatakan, bahaya banjir lahar dingin tersebut sangat mungkin terjadi jika hujan terus mengguyur kawasan Kelud. Di lereng gunung itu, ujarnya, terdapat sekitar 57 juta meter kubik material, berupa pasir dan batu kerikil, yang masih tertinggal di kawah dan lereng gunung pascaletusan 1990. Dikatakan, dari dua letusan terakhir Kelud, diperkirakan terdapat sekitar 120 juta meter kubik lumpur, pasir, dan batu. "Nah pasir lumpur yang tertinggal itu bisa meluncur ke bawah bila curah hujan deras dan terjadi terus-menerus seperti sekarang ini," ujar Sujadi. Apalagi, lanjut Sujadi, kondisi tujuh tanggul penahan lahar di Blitar dan Kediri saat ini cukup memprihatinkan. Sekitar 80% dari permukaan tanggul-tanggul setinggi lima meter itu kini telah tertimbun pasir. Banjir juga dilaporkan terjadi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Hujan lebat disertai angin ribut selama tiga jam, Sabtu (4/12) malam mengakibatkan sejumlah ruas jalan dan perkantoran di pusat kota tergenang air hingga setinggi sekitar 50 cm. Seperti, Jl R Soeprapto di depan kediaman Gubernur, Jl Lambung Mangkurat, Jl Soetoyo S, Jl S Parman, Jl Veteran dan Jl MT Haryono. Bahkan, sejumlah pertokoan, perkantoran, dan permukiman penduduk di dataran rendah nyaris tenggelam. (ES/DY/X-7) Post Date : 06 Desember 2004 |