|
Kutacane, Kompas - Penebangan tak terkendali pohon kemiri rakyat di sekitar kawasan Hutan Lindung Serbolangit, Kecamatan Seumadam, Kabupaten Aceh Tenggara, diduga menjadi pemicu banjir bandang dan longsor, Selasa malam lalu. Hingga Kamis (20/10) sudah 12 korban ditemukan tewas akibat musibah tersebut. Tanah dengan kemiringan 20-30 derajat seharusnya tidak layak untuk pertanian, apalagi pohon kemiri yang ada ditebangi untuk digantikan dengan kakao, kata Menteri Kehutanan MS Kaban di hadapan para pejabat Kabupaten Aceh Tenggara dan korban banjir bandang di Lapangan Terbang Alas Leuser, kemarin siang. Dia bersama Kepala Badan Pembinaan Keamanan Mabes Polri Komisaris Jenderal Ismerda Lebang, Wakil Ketua Yayasan Leuser Internasional (YLI) Mike Griffith, dan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Leuser Wiratno terbang dari Medan ke Kutacane dengan pesawat carter. Penebangan pohon kemiri itu menyebabkan kecamatan berpenduduk 11.200 jiwa di sekitar Hutan Lindung dan Taman Nasional Gunung Leuser tersebut rawan longsor. Sebab, kondisi tanah di Bukit Balang dan Bukit Pandan sangat peka terhadap erosi, terutama jika tak ada pohon berakar kuat di atasnya. Dari pemantauan udara terlihat banjir lumpur disertai batu dan potongan kayu menerjang wilayah seluas 100-200 hektar di lima desa. Jika ditarik garis lurus, titik awal banjir bandang dan longsor yang menghancurkan permukiman itu berjarak sekitar dua kilometer. Banjir bandang itu berasal dari Lawe (Sungai) Tanduk dan Lawe Beringin. Bupati Aceh Tenggara Armen Desky membenarkan, masyarakat memang sudah mulai menebangi pohon kemiri yang telah berumur lebih dari 30 tahun itu sejak tahun 2004. Warga menebang pohon kemiri karena (pohon itu Red) sudah tidak produktif, ujarnya. Sampai Kamis siang tim penyelamat dibantu alat berat masih membersihkan lumpur dan membongkar puing-puing rumah yang hancur, sekaligus mencari korban. Diduga masih ada korban yang belum ditemukan. Menurut Armen Desky, bencana itu menyebabkan sedikitnya 12 orang tewas, seorang hilang, dan 56 jiwa lainnya dirawat di RSU Kutacane. Banjir bandang tersebut menimpa Desa Lawe Beringin Gayo, Simpang Seumadam, Titi Pasir, Kampung Baru, dan Seumadam Awal, Kecamatan Seumadam. Sebanyak 526 rumah rusak berat, sementara 400 rumah, sekolah, dan satu masjid rusak ringan. Sebanyak 1.750 jiwa korban banjir bandang dan longsor yang selamat kini mengungsi di Lapangan Terbang Alas Luser dan Gelanggang Olahraga Kutacane. Mereka membutuhkan bantuan darurat, seperti tenda dan makanan. Kami sangat membutuhkan bantuan darurat dari pemerintah pusat, misalnya, tenda dan bahan makanan, kata Armen kepada Menhut MS Kaban. Banjir di Katingan Hujan deras yang terus mengguyur sebagian wilayah Kalimantan Tengah mulai menyebabkan banjir di Kabupaten Katingan karena meluapnya air Sungai Katingan. Kepala Desa Tumbang Liting, Kecamatan Katingan Hilir, Irwanto, kemarin menuturkan, banjir di desanya sudah menghambat aktivitas penduduk. Banjir cukup parah terjadi di desa- desa yang dekat dengan sungai, seperti Desa Tempelas, Kecamatan Kamitang, yang ketinggian airnya di beberapa bagian desa mencapai dua meter. (HAM/CAS) Post Date : 21 Oktober 2005 |