YOGYAKARTA (SI) – Ketersediaan air bersih yang semakin menipis membuat sejumlah pihak menggelar aksi keprihatinan. Mereka menginginkan privatisasi terhadap air segera dihentikan agar air dapat lebih diberdayakan untuk kepentingan masyarakat luas.
Aksi keprihatinan itu dilakukan sejumlah elemen masyarakat, LSM dan mahasiswa dalam rangka Hari Air se-Dunia yang berlangsung kemarin di kawasan Nol kilometer. Aksi yang diwarnai pawai puluhan becak yang mengangkut genthong air dan ditempeli sejumlah poster dimulai dari Taman Parkir Abubakar Ali.
Koordinator aksi demo Fathur Roziqin menuturkan, aksi ini digelar dalam rangka melindungi dan mempertahankan sumber daya air. Menurutnya, setiap orang berhak memperoleh akses atas air bersih.Namun dalam kenyataannya, pemerintah telah mengabaikan hak tersebut karena makin sedikitnya persediaan air bersih. ”Buruknya ketersediaan sumber daya air berbuntut pada aspek ekonomi masyarakat.
Masyarakat jadi harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air. Hal ini bisa dilihat dari semakin meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap air mineral kemasan maupun air isi ulang,”ujarnya. Dia menambahkan, fenomena ini menunjukkan kegagalan pemerintah sebagai penanggung jawab pemenuhan kebutuhan air bagi warga masyarakat.
Sebagai bentuk protes atas ketidakbecusan PDAM menyediakan air dengan kondisi baik,muncul beberapa kelompok yang ingin mengelolah air secara komunal.Kondisi ini justru memicu konflik dengan perusahaan penyedia jasa air minum swasta yang akhirnya berimbas pada sektor irigasi petani. ”Konflik yang terjadi malah membuat para petani kekurangan air.
Padahal mereka mengandalkan sumber daya air untuk menunjang proses pertanian. Konflik malah semakin meluas hingga melibatkan petani ikan dan pengelolah rumah makan serta pemancingan,” ungkapnya. Menurut dia, konflik kepentingan ini sebenarnya bermuara pada kebijakan negara yang lemah dalam melindungi sumber daya air bagi petani.Satu-satunya cara yang dapat mengatasi permasalahan ini yakni dengan pembenahan.
Langkah ini dapat dimulai dengan perlindungan kawasan tangkapan air sehingga bisa mengurangi tingkat pencemaran air. Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta Suparlan mengatakan, aksi keprihatinan kemarin dilakukan sebagai bentuk peringatan tentang krisis air yang terus mendera dunia.
”Air adalah kebutuhan fundamental bagi kehidupan.Aksi ini kami gelar sebagai bentuk peringatan bahwa sekarang ini kita sudah mengalami krisis air,” ujarnya. Menurutnya, pemerintah dalam hal ini PDAM dan beberapa pihak swasta masih melakukan privatisasi terhadap sumber air. (ratih keswara)
Post Date : 23 Maret 2010
|